Minggu, 22 Juni 2014

Pilihan liburanku



Pilihan liburanku...

Keluarga selalu menjadi tujuan utama untuk kita kunjungi ketika libur menyapa. 
Namun entah ada angin dari mana aku lebih memilih untuk mengunjungi tempat yang sangat jarang aku kunjungi karena kesempatan itu.

Pertamanya aku ragu dan sempat berpikir beberapa kali sampai akhirnya memutuskan untuk pergi.
Ragu itu muncul ketika tugas yang tak kunjung selesai dan adanya tuntutan untuk menyelesaikan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari rutinitas. Sebetulnya aku bisa saja mengantisipasi ini semua dengan menyegerakannya. Artinya segera mengerjakan tidak menunda, namun itulah aku masih suka tergoda dengan yang namanya menunda apalagi kalau sudah buntu tanpa ide. 

Alhasil karena penundaan itu mengakibatkan penundaan berikutnya. Pada sore itu walaupun sudah terlalu terlambat untuk melakukan perjalanan aku tetap memutuskan untuk pergi. Dan karena penundaan itupun aku harus menunda keberangkatan karena tertinggal bis yang sudah aku jadwalkan. Dan tahukah aku hanya terlambat 10 menit dan itu harus aku bayar dengan satu setengah jam perjalananan. Disini kembali lagi aku diingitkan untuk tidak menunda dan melawan rasa malas. Begitupun Allah telah memerintahkan untuk menyegerakan segala sesutu yang berbentuk kebaikan.

Yup, malam itu tepatnya pukul 19.15 aku memulai perjalanan itu tanpa ada teman yang biasa menjadi tempat untuk mengisi perjalananku. Hanya sendiri, tapi tidak sendirian karena Allah selalu bersamaku. Kemana aku akan pergi dan seperti apa tempatnya nanti aku masih belum terbayang. Karena beberapa waktu lalu beliau baru pindah rumah. Heemm siapa sebenarnya yang akan aku kunjungi? Sebuah keluarga kecil yang baru dikarunia dua orang putra dan puti yang sangat lucu dan menggemaskan itulah keluarga Ceuceu aku. 

Aku terbiasa memanggil ceuceu untuk panggilan saudara perempuan dan aa untuk saudara laki-laki. Mungkin ikatan darah itu sudah terlalu jauh tapi ikatan tali silaturahim dan kasih sayang itu selalu mengikat kita dan mendekatkan kita. Sudah lama rasanya tidak berjumpa, bertegur sapa dan bermanja ria. Jarak dan kesibukan selalu menjadi alasan klasik untuk sebuah pertemuan keluarga, walaupun jalinan komunikasi itu selalu terjalin walau hanya melaui pesan singkat atau sekedar berceloteh di BBM. Begitulah kedekatan kita, aku selalu ingin menjalin persaudaraan dengan siapapun terlebih dengan yang jelas merupakan saudara.

***

Malam itu aku melakukan perjalan dengan naik bis, di dalam bis aku duduk sendirian, selang beberapa waktu ada ibu mudah duduk disebelahku. Dengan ramah aku menyapa, ternyata keramahan itu mendatangkan kehangatan diantara kita. Mengalir bagaikan air dan membuat aku menikmati perjalanan tanpa rasa kantuk yang menghampiri. Begitu banyak persamaan diantara kita dan pemahaman yang samapun menjadikan kita selalu ada obrolan yang bermanfaat dan menarik untuk dibahas. 

Walaupun perkenlan itu singkat tapi rasanya aku mendapatkan banyak hal dan serasa bertemu dengan orang yang tepat. Tapi anehnya yang menjadi pertanyaanku mengapa pada saat itu aku seperti sedang menceritakan orang lain. Orang yang selalu masuk dalam setiap obrolan yang sedang kita bahas. Tapi yasudahlah jangan bahas itu, intinya selama perjalan emapat jam di malam hari saya tidak melewatkannya dengan tidur tapi mengisinya dengan obrolan yang penuh manfaat, menambah ilmu dan pengalaman. Dan yang paling penting saya mendapatkan saudara baru. Walaupun hanya sekedar pertemuan di bis tapi komunikasi kita berlanjut via jejaring sosial ataupun hanya pesan singkat.

Jujur aku banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman berharga dari beliau. Baik itu bagaimana menjadi muslimah yang baik dan pengalaman yang lainnya. Dan disetiap sela-sela obrolan kita beliau selalu menyelipkan doa terbaiknya untukku. Sungguh damainya hati ini ketika beberpa nasehat positif yang diberikan beliau begitu menyentuh hati. Aku tidak akan melupakan pertemuan singkat namun penuh arti ini. Terima kasih ibu eh mba J
***
Tidak terasa perjalanan pun sudah selesai, tepatnya bis sudah berhenti di pemberhentian terakhir. Dengan berat hati akhirnya aku harus berpisah dengan sebut saja mba Wulan, ibu yang luar biasa. Betapa tidak belia adalah ibu muda yang baru dikarunia satu putra berusia 9 tahun. Namun dengan penuh keikhlasan beliau merawat dan membesarkan putra adik kandungnya yang telah meninggal. Dan dari kecil hingga dewasa mereka selalu mendapatkan pendidikan berbasis perantren. Luar biasa, dan tujuan beliau sekarang ke Bandung adalah untuk memasukan anaknya untuk menjadi pengajar di pondok pesantren milik temannya. Subhanallah...

Satu kalimat yang membuat aku sempat terharu ketika perpisahan itu. “Hati-hati ya de, semoga jalinan silaturahim kita senantiasa terjaga dan kita dapat bertemu lagi.” Aku hanya mengangguk dan bergegas turun dari bis. Bersyukur sewaktu di bis aku dipinjamkan powerbank sama mba wulan karena jika tidak mungkin aku tidak akan bisa berhubungan sama aa yang akan menjemput di terminal. Tanpa lama-lama aku langsung menelpon si aa dan dengan perasaan senang aku menghampiri aa yang sudah lama menungguku.

***
Malam semakin larut, tanpa mengulur-ulur waktu kita bergegas pergi untuk menempuh perjalanan menuju rumah. Luar biasa itu adalah perjalan pertama aku di malam hari larut malam menggunkan motor. Kita melaju dengan kecepatan tinggi, jujur aku khwatir tapi tetap yakin insya Allah kita selamatdengan sesekali mengingatkan si aa kalau terlalu ngebut. Ini adalah pengalaman pertama aku melawan gelapnya malam menembus dinginnya udara malam yang sangat menusuk. 

***
Akhirnya kita sampai juga di suatu perumahan sederhana dan menuju satu rumah minimalis yang begitu terawat. “Sudah sampai neng, ayo turun” kata si aa menyurh ku untuk turun. Aku yang sedikit mengantuk hanya menjawab. “Oh iya a, sudah sampai ya?” Aku turun dan segera masuk ke dlam rumah yang sudah di bukakan pintunya oleh si ceuceu dan si aa yang sudah lama menunggu. Betapa senangnya aku mendapatkan sambutan yang begitu hangat dan penuh kekeluargaan. 

Melihat aku yang sedikit kedinginan tanpa aku minta si aa uda menyuruh ceuceu untuk membuatkan aku teh hangat. Aneh rasa kantuk yang sempat menyapa pada saat perjalanan tadi kembali hilang dengan cairnya suasana dalam keluarga kecil ini. Obrolan itu berjalan dengan ringannya dan menenangkan seakan kita bertemu setiap hari. Aku bersyukur. 

***
Begitulah, mungkin aku harus menunda untuk bertemu dengan keluarga intiku, namun bukan kesalahan juga aku pergi dan bersilaturahim ke rumah saudara yang begitu hangat ini. Insya Allah akan banyak manfaat yang aku dapatkan terlebih pengalaman. Karena meraka tipe orang yang senang sharing dan berbagi.

Tepat tengah malam lebih sedikit di Bandung, 21 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar