Rabu, 18 Juni 2014

Goresan Ceritaku (lanjutan)



 Lanjutan.. 

Jam dinding rumahku menunjukan pukul 16.13, terlihat gadis mungil yang biasa dipanggil Cha itu terlihat mengantuk. Sebelum dia tertidur aku ingin segera menangakan padanya, kenapa dia menangis sendirian dalam derasnya hujan? dan kenapa juga menangis di depan rumahku?
-------------------
"Cha, ngantuk ya?" tanyaku sambil menyentuh lembut rambutnya. "Hah, enggak kok ka" jawabnya sambil mengucek-ngucek matanya yang mulai memerah. "Oh iya sayang, kakak penasaran, tadi Cha kenapa menangis sayang? ada apa? silakan cerita saja sama kakak"  Pertanyaanku seperti petasan yang merepet. Karena rasa penasaran aku seperti itulah jadinya. Aku yakin dia anak yang cerdas dan dia pasti dapat menjawab pertanyaanku.
Aku masih berpikir, dia mulai menjawab pertanyaanku. "Kakak Cha mau cerita" ucapnya manja, seakan kita sudah saling mengenal lebih lama. Aku senang dan segera merangkulnya. "Iya sayang, silahkan cerita, Cha mau cerita apa?" kataku lembut. "Kenapa cha menangis sendirian dan hujan-hujanan. Pertama karena Cha kecewa, kedua bingung dan ketiga Cha malu jika nangis terang-terangan. Kenapa disaat hujan karena Cha berharap tidak ada yang tahu kalau Cha sedang menangis, tapi ternyata kaka tahu. Cha bingung harus percaya sama siapa Ibu atau orang lain. Cha harus mendengarkan pernyataan dari orang lain kalau ayah Cha itu sudah meninggalkan Cha. Tetapi ibu bilang bahwa ayah Cha adalah ayah yang berada di rumah. Cha lelah dengan ledekan teman-teman Cha. Tapi Cha juga harus percaya sama ibu karena itu sangat nyata. cha kecewa kenapa harus ada dua pernyataan. Cha uda lelah makanya Cha nangis ka”.  
Anak kecil ini seakan meluapkan apa yang selama ini dia rasakan. Aku semakin penasaran sebenarnya dia berusia berapa tahun? Ucapan dan kata-katanya seperti yang sudah terbiasa dengan masalah yang cukup berat. Aku hanya menghela nafas dan berkata. "sudah lega Cha? sekarang Cha bobo ya?”  Akhirnya gadis lucu nan cerdas ini tidur dipangkuanku.  Aku belum bisa memberikannya saran atau hanya sekedar kata-kata untuk menghiburnya. Ini nyata dan sepertinya pernah ada cerita yang sama.
----------------------
Aku merenung dan mencermati apa yang diceritakan anak tersebut. Aku mengingat bahwa sepertinya cerita ini tidak asing bagiku.
Aku teringat ketika 14 tahun yang lalu usiaku persis sama dengannya, yaitu berusia 6 tahun. Gadis yang manis ceria dan cerdas, membuat orang tua sayang dan tidak ingin membuatnya sedih apalagi terganggu aktivitas akademiknya.
 ------------------
Seperti anak manis Cha, akupun merasakan dan mengalami hal yang sama. Dimana harus dihadapkan dengan dua pernyataan yg berbeda berasal dari ibu dan masyarakat sekitar. Aku jelas tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, hanya kebingungan yg selalu menghampiriku. Setiap keluar rumah atau sekedar main dengan teman sebaya ejekan dan pernyataan menyakitkan selalu aku terima, yang pada akhirnya pulang dan menangis sendirian di dalam kamar. Ketika menanyakan kebenarannya pada ibu, maka jawabannya adalah pernyataan ibulah yang benar. Terus seperti itu sampai aku berusia 14 tahun.
-----------------
Usia 14 tahun adalah moment berharga dimana aku dapat mengetahui kebenaran yang selama 14 tahun menjadi misteri dan membuat kebimbangan selama 8 tahun dimana aku sudah mulai bisa berpikir. Apa sebenarnya yang terjadi? Ketika aku hendak mengingatnya. Aku tersadar dengan panggilan ibu dari dapur. "Ceuceu* sudah jam 17.00 waktunya makan dan minum obat". "heemm iya ibu sebentar". Jawabku spontan. Kaget juga sebetulnya karena barusan aku sedang mengingat masa laluku.
Begitulah hidup penuh dengan kebingungan dan ketidakpastian. Maka dari itu perlunya prinsip dalam hidup. Aku selalu yakin bahwa aku akan menemukan kebenaran itu. Dan Allah menjawabnya setelah aku menunggu dan menghadapinya selama 14 tahun. Ketika itu tepat di bulan Desember 2009 telah terjadi jejak baru dalam hidupku.
--------------------
Desember 2009, tepatnya 5 tahun yang lalu keluarga kami tengah berduka atas meninggalnya kakek tercinta. Sore itu di rumah nenek, aku, ibu, nenek, paman dan bibi tengah sibuk membereskan berkas-berkas kakek. Ditengah-tengah membereskan berkas, aku mendapati sebuah foto jaman duul tapi masih tetap terlihat bagus. Di dalam foto tersebut hanya satu yang aku kenal karena mirip dengan seseorang yaitu ibu. Tapi untuk yang lainnya aku belum pernah melihat mereka sebelumnya. Akan tetapi jika dilihat dari cara mereka berfoto menunjukan bahwa mereka memiliki hubungan yang dekat satu sama lain.  Aku hanya bertanya-tanya sendiri dalam hati.
Untuk mengobati rasa penasaranku aku menghampiri ibu dan menyodorkan foto tersebut dan bertanya "ibu ini foto siapa ya? tadi ceuceu menemukannya di tempat dokumen kakek." Terlihat ekspresi yang sangat kaget dari wajah ibu. Kemudian ibu menjawab "foto apa ceu? coba ibu lihat" mengambil foto dari tanganku. "Oh ini ibu tidak tahu ceu suda lupa, ini suda lama sekali sepertinya" sambung ibu. Tapi sepertinya ibu sedang berbohong dan menutupi sesuatu. Aku semakin penasaran, aku bertanya kembali pada ibu "ibu jawab dengan jujur, yang ini siapa? seprtinya mirip sekali dengan ibu" tanyaku sambil menunjuk ke arah foto ibu. Ibu tidak menjawab, tetapi yang aku lihat ibu malah menangis dan tiba-tiba memeluk aku dengan erat dan semakin menangis. Akupun bingung dan hanya bisa membalas pelukan ibu.
--------------------------
Satu jam telah berlalu, Selesai menangis ibu menceritakan suatu sejarah dimana aku sendiripun tidak tahu harus percaya atau tidak. Bahwa orang yang ada difoto tersebut benar ibu, lalu laki-laki asing itu yang begitu dekat dengan ibu siapa?
Dia adalah ayahku, ayah kandungku yang selama ini menjadi pertanyaan dan membuatku hidup dalam kebingungan. Dimana harus dihadapkan dengan pernyataan ibu yang mengatakan ayahku adalah ayah yang ada di rumah. sedangkan menurut masyrakat sekitar ayahku sudah meninggal.
Begitulah, ibu dengan keyakinannya menyimpan rahasia besar ini telah dengan jelas membukanya. Ibu beralasan melakukan semua ini semata-mata hanya ingin membuatku bahagia tanpa harua memikul beban yang sangat berat. Ibu hanya ingin aku bisa berprestasi tanpa adanya pikiran yang terbagi. Aku mengerti dan menghargai itu semua. Karena ibu manan yang ingin anaknya tidak bahagia, aku hanya harus menerimanya.
Lalu aku bertanya lagi, jika betul laki-laki yang berada di foto itu adalah ayah kandungku dan sudah meninggal diamanakah kuburannya?. Selama ini aku tidak pernah tahu dan tidak pernah mendoakannya. Aku berkeinginan sekali untuk bisa mendoakannya
Namun aku kembali dikejutkan dengan kenyataan pahit yang harus aku terima. bahwa ayahku meninggal karena kecelakaan perahu di lautan luas dan sampai saat ini jenazahnya belum ditemukan. "ya Allah hati yang lemah ini kuatkan ya Allah" itulah kata-kata yang ku ucapkan ketika mendengar kenyataan ini. Pada saat itu tidak bisa ku hindari air mata perlahan jatuh dan dada mulai terasa sesak. Ternyata seperti ini rasanya menerima kenyataan yang datangnya terlambat. Sakit, sakit dan sakit, tetapi disela-sela rasa sakit dan kecewa aku sisipkan rasa syukur aku pada Allah. Aku bersyukur dan bangga bahwa Allah telah mempercayakan aku. Allah percaya bahwa aku kuat dan bisa menerima dan melewati ini semua.
Hal itulah yang membuatku tidak berlarut-larut dalam kesedihan, aku melihat betapa Allah maha Adil. Allah mengambil Ayah kandungku jauh sebelum aku mengetahuinya. Karena ayah meninggal ketika aku berada dalam kandungan ibu usia 7 bulan. Tapi Allah menggantikannya dengan Ayah yang luar biasa. Bahkan 100 kali lipat baiknya dari Ayah tiri pada umumnya. Dan beliau sama sekali tidak berkenan jika disebut ayah tiri, kenapa tidak?. Karena beliau adalah ayahku yang sesungguhnya, beliau menikah dengan ibu ketika aku berusia 1 tahun. Ayah rela mengorbankan apaun untuk aku.
"Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?" (Ar-Rahman). Betapa Allah menyayangi hamba-Nya. Maka masih pantaskah kita mengeluh atau masih belum menghormati kedua orang tua kita?. Ini adalah pertanyaanku untuk aku pribadi ketika sudah terlalu jauh mengingat masa lalu.
-----------------
Tiba-tiba terdengar suara lembut memanggilku dengan manja yang berhasil membangunkanku. "Kaka, kaka Cha laper" gadis mungil Cha sudah ada disampingku, ternyata ketika mengingat masa lalu aku tertidur. "heemm iya sayang, Cha laper yah?" jawabku setengah sadar dari tidurku. Tidak banyak berpikir aku langsung bergegas ke dapur sambil menggandeng Cha. "Yuk Cha" kataku. "Asyikk kakak mau masakin aku yah?" ujarnya senang. "Enggak sayang sudah dimasakin ibu" jawabku sambil mencubit pipinya yang "cubby".
------------------------------
Begitulah hidup terus berjalan dan berputar, dalam hidup ini kita haru tetap memiliki pegangan dan berprinsip pada islam menyerahkan segalanya nya pada-NYA. Insya Allah seberat apapun cobaan hidup akan terasa ringan jika kita senantiasa menyertakan Allah SWT didalamnya.
Masa lalu adalah kenangan bingkailah dengan indahnya masa sekarang. Agar kelak kita bisa sampai pada masa depan yang kita harapkan. Mungkin pada Desember 2009 aku mengetahui suatu kenyataan yang merupakan sejarah hidup.. tidak lain adalah rencana Indah Allah SWT. 


Bogor, 06 Juni 2014 _TSA_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar