Rabu, 18 Juni 2014

“Bidikmisi mengantarkan saya pada sebuah impian”



“Bidikmisi mengantarkan saya pada sebuah impian”

Subhanallah maha suci Allah, siapa yang bersungguh-sunguh maka dialah yang berhasil, sepenggal kalimat yang membuat saya semangat menjalani hari-hari saya. Terlahir dari keluarga sederhana bahkan mungkin bisa dikatakan lebih dari sederhana. Kenapa? Karena untuk makan saja butuh perjuangan. Hal itu tidak menjadi hambatan bagi saya untuk bermimpi dan berusaha menggapai mimpi itu. Ketika itu saya masih duduk di kelas XII IPA 1 SMAN 1 Malingping, Lebak-Banten, tengah mempersiapkan Ujian Nasional (UN). Dengan penuh semangat saya sangat giat belajar agar dapat lulus dengan hasil yang memuaskan. Karena saya hanya anak buruh tani, jadi sekolah saya harus luar biasa agar tidak menjadi yang biasa-biasa saja. 

Saya sangat menyayangi keluarga saya terutama ibu dan ayah saya, beliau adalah semangat saya, jiwa saya dan segalanya untuk saya. Ingin sekali menjadi anak kebanggan bagi beliau, saya selalu melakukan yang terbaik yang menurut beliau baik. Akan tetapi untuk satu hal ini saya menentang beliau, saya bersikukuh untuk tetap melanjutkan kuliah. Sedangkan ayah melarang karena alasan yang logis yaitu tidak memiliki biaya untuk kuliah saya. Pada saat itu saya dihadapkan pada keadaan yang membuat hati ini tersayat sakit, apakah menuruti perintah orang tua ataukah melanjutkan kuliah untuk menggapai mimpi yang sangat saya harapkan.

Dua hari telah berlalu, tetapi saya masih belum bisa memutuskan, mulut ini tidak sanggup untuk mengatakan “tidak” pada ayah, akan tetapi hati ini sakit melihat kondisi keluaarga yang sangat kekurangan. Akhirnya saya memutuskan untuk konsultasi kepada guru BP yang telah menjadi kepala sekolah. Kepada beliaulah saya menceritakan permasalahan saya. Dengan tegas beliau menjawab “ bagus tika, kamu ada keinginan untuk melanjutkan kuliah, karena hanya dengan pendidikanlah kamu dapat mengangkat harkat dan derajat orang tua kamu menjadi lebih baik, bapak sangat mendukung. Untuk urusan biaya, kamu jangan khawatir karena mulai dari tahun 2010 ada beasiswa BIDIK MISI. Beasiswa ini diperuntukan untuk mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi tetapi memiliki prestasi dibidang akademik. Kamu bisa daftar beasiswa ini dan kalau boleh bapak sarankan kamu masuk perguruan tinggi Institut Pertania Bogor (IPB) karena termasuk PTN yang mendapatkan kuota penerima beasiswa BIDIK MISI terbanyak. Beasiswa ini sangat membantu karena selain mendapatkan biaya pendidikan juga mendapatkan biaya hidup per bulan. Silahkan kamu fotocopy berkas ini untuk bekal kamu daftar”. Memberikan berkas kepada saya.

Hasil konsultasi saya dengan kepala sekolah yaitu dengan adanya keputusan untuk melanjutkan kuliah ke IPB dengan prodi Proteksi Tanaman fakultas Pertanian. Saya masih belum percaya dengan keputusan ini, tapi jujur saya merasa tenang dan berterima kasih sekali kepada kepala sekolah yang sudah saya anggap ayah sendiri, karena beliau selain guru BP juga sebagai Pembina kelompok ilmiah remaja (KIR) salah satu ekstrakulikuler yang saya ikuti di SMA. Dengan penuh kecerian dan rasa bahagia saya menyampaikan kabar bahagia tersebut kepada kedua orang tua saya. Respon ayah dan ibu sangat baik, karena saya menjelaskan dan memaparkan satu per satu mengenai beasiswa BIDIK MISI. Baik yang akan saya terima dan apa yang harus saya berikan. Alhamdulillah restu dan ridho dari orag tua sudah ditangan, saya sangat bersyukur atas jalan terbaik yang telah Allah berikan. Dulu saya tidak pernah bermimpi untuk biasa kuliah di PTN terbaik, tetapi dengan tekad dan niat yang sungguh-sungguh mimpi itu mulai memampakan celahnya.

Perasaan yakin itu selalu mengiringi langkah saya ketika pendaftaran mahasiswa baru sekaligus pendaftaran beasiswa bidik misi. Tidak ada harapan lain dihati saya kecuali perasaan yakin bahwa saya pasti keterima di IPB dan mendapatkan beasiswa. Selama satu bulan saya mempersiapkan semuanya, mulai dari persyaratan hingga mental dan ilmu sebagai bekal nanti jika saya keterima menjadi mahasiswa IPB. Semua itu saya lakukan dengan penuh keikhlasan karena Allah untuk keluarga tercinta. Hanya itulah yang membuat saya tetap semangat walaupun hujatan dan cemooh orang lain silih berganti menghampiri saya. Jika saya sudah niat maka tidak akan ada hambatan yang akan saya biarkan menggagalkan niat saya itu, saya akan berusaha agar niat saya itu membuahkan hasil.

Saat yang sangat memacu adrenalin saya yaitu ketika pengumuman penerimaan mahasiswa baru IPB diumumkan. Saat itu saya dengan penuh keyakinan membuka website dan nama saya tercantum, tanda bahwa saya diterima sebagai mahasiswa IPB. Dengan penuh rasa syukur saya berterima kasih kepada Allah atas keputusan terbaik dari-NYA, saat itu juga saya langsung memeluk ibu dan ayah saya sebagai ungkapan rasa bahagia atas nikmat Allah. Tapi, tidak berhenti sampai disini, ayah harus kembali memutar otaknya untuk memikirkan dari mana mendapatkan uang untuk pergi ke Bogor dalam rangka registrasi mahasiswa baru. Singkat cerita, akhirnya aya tidak ada keputusan lain, menjual harta kami satu-satunya yang telah dipelihara bertahun-tahun adalah satu-satunya solusi agar saya dapat mengikuti registrasi, yaitu seekor kerbau. Sebenarnya saya tidak tega, tapi demi mimpi anaknya ayah rela mengorbankan harta satu-satunya. Hasil jual kerbau itu cukup untuk aku pergi ke Bogor registrasi selama dua tahap.

Sungguh Allah maha adil, Allah mengganti seekor kerbau ayah dengan kabar gembira dari IPB bahwa saya diterima sebagai mahasiswa yang mendapatkan beasiswa bidik misi. Sungguh perasaan yang sangat luar biasa, saya bersyukur atas nikmat ini. Subhanallah satu persatu mimpi itu menjadi nyata. Lulus ujian, diterima di IPB dengan prodi pilihan pertama dan mendapatkan beasiswa bidik misi. Setelah melalui berbagai rintangan dan hambatan saya pun dapat melewatinya dengan hasil yang indah. Semua ini tidak lepas dari kekuasaan Allah, doa ibu dan ayah serta dukungan dari semua orang yang menyayangi saya. Saya berterima kasih sekali kepada pihak DIKTI dan IPB atas kesempatan yang telah diberikan, insya allah akan saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dengan penuh harapan saatnya mengukir prestasi bersama bidikmisi. Mungkin jika tidak ada beasiswa bidik misi, saya tidak akan merasakan indahnya persahabatan di IPB, suasana kampus yang ramah dan pengalaman yang luar biasa. Dengan adanya beasiswa bidik misi ini membantu anak-anak Indonesia terutama yang kurang mampu secara ekonomi tetapi berprestasi dibidang akademik. 

Semua orang berhak atas pendidikan, walaupun tidak hanya pendidikan formal. Tetapi untuk menciptakan generasi yang berpendidikan sarana itu penting. Saya sangat besyukur dan bangga menjadi mahasiswa IPB. Walaupun ayah saya hanya lulusan SD tapi anaknya jangan seperti ayah, saya harus memutuskan tali kemiskinan di dalam keluarga saya. Walaupun ayah saya hanya seorang buruh tani yang penghasilannya hanya cukup untuk makan, apa salahnya jika anaknya menjadi orang sukses, menjadi intelektual yang berhasil. Itu semua tidak mustahil, dengan niat dan tekad disertai doa dan usaha yang kontinyu pasti bisa dan impian itu akan terwujud atas ridho Allah.

Inilah jalan yang diberikan Allah, jangan pernah katakana tidak bisa karena potensi itu ada. Saya selalu yakin bahwa jika kita ada kemauan maka yakinlah pasti bisa. Saya harus menjadi manusia yang berguna untuk keluarga dan sesama, karena hidup ini akan jauh lebih indah dengan berbagi. Beasiswa bidik misi ini sangat bagus karena tidak hanya ditinjau dari segi ekonomi tetapi prestasi yaitu dengan syarat IPK (indeks prestasi komulatif) harus di atas 2,50. Itu merupakan acuan untuk saya bahwa kita hidup jangan hanya ingin diberi tapi berikanlah yang terbaik yang mampu kita lakukan. 

Kisah inspiratif ini mungkin jauh dari kesempurnaan, karena bukan sempurna yang saya cari, tapi saya harap cerita ini bisa menjadi sarana untuk berbagi. Selalu berfikir positif kepada Allah berdoa dengan penuh keyakinan dan berusaha semaksimal mungkin. Semua orang pasti memiliki mimpi, raihlah gapai dengan tangga prestasi. Terus berusaha yakinlah bahwa kaki kita tidak akan berhenti sebelum menginjak surga-NYA. Jika kita hanya mengharap ridho Allah maka tidak aka nada rasa memiliki yang berlebihan, seperti beasiswa ini, jangan merasa memiliki tapi berusahalah untuk memaknai. Saya selalu menerapkan “man jadda wa jada dan kun fayakun”. Semua kembali lagi pada Allah.

Bogor, 21 September 2012 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar