“Bidikmisi
mengantarkan saya pada sebuah impian”
Subhanallah maha suci Allah, siapa yang
bersungguh-sunguh maka dialah yang berhasil, sepenggal kalimat yang membuat
saya semangat menjalani hari-hari saya. Terlahir dari keluarga sederhana bahkan
mungkin bisa dikatakan lebih dari sederhana. Kenapa? Karena untuk makan saja
butuh perjuangan. Hal itu tidak menjadi hambatan bagi saya untuk bermimpi dan
berusaha menggapai mimpi itu. Ketika itu saya masih duduk di kelas XII IPA 1
SMAN 1 Malingping, Lebak-Banten, tengah mempersiapkan Ujian Nasional (UN).
Dengan penuh semangat saya sangat giat belajar agar dapat lulus dengan hasil
yang memuaskan. Karena saya hanya anak buruh tani, jadi sekolah saya harus luar
biasa agar tidak menjadi yang biasa-biasa saja.
Saya sangat menyayangi keluarga saya
terutama ibu dan ayah saya, beliau adalah semangat saya, jiwa saya dan
segalanya untuk saya. Ingin sekali menjadi anak kebanggan bagi beliau, saya
selalu melakukan yang terbaik yang menurut beliau baik. Akan tetapi untuk satu hal
ini saya menentang beliau, saya bersikukuh untuk tetap melanjutkan kuliah.
Sedangkan ayah melarang karena alasan yang logis yaitu tidak memiliki biaya
untuk kuliah saya. Pada saat itu saya dihadapkan pada keadaan yang membuat hati
ini tersayat sakit, apakah menuruti perintah orang tua ataukah melanjutkan
kuliah untuk menggapai mimpi yang sangat saya harapkan.
Dua hari telah berlalu, tetapi saya
masih belum bisa memutuskan, mulut ini tidak sanggup untuk mengatakan “tidak”
pada ayah, akan tetapi hati ini sakit melihat kondisi keluaarga yang sangat
kekurangan. Akhirnya saya memutuskan untuk konsultasi kepada guru BP yang telah
menjadi kepala sekolah. Kepada beliaulah saya menceritakan permasalahan saya.
Dengan tegas beliau menjawab “ bagus tika, kamu ada keinginan untuk melanjutkan
kuliah, karena hanya dengan pendidikanlah kamu dapat mengangkat harkat dan
derajat orang tua kamu menjadi lebih baik, bapak sangat mendukung. Untuk urusan
biaya, kamu jangan khawatir karena mulai dari tahun 2010 ada beasiswa BIDIK MISI.
Beasiswa ini diperuntukan untuk mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi
tetapi memiliki prestasi dibidang akademik. Kamu bisa daftar beasiswa ini dan
kalau boleh bapak sarankan kamu masuk perguruan tinggi Institut Pertania Bogor
(IPB) karena termasuk PTN yang mendapatkan kuota penerima beasiswa BIDIK MISI
terbanyak. Beasiswa ini sangat membantu karena selain mendapatkan biaya pendidikan
juga mendapatkan biaya hidup per bulan. Silahkan kamu fotocopy berkas ini untuk
bekal kamu daftar”. Memberikan berkas kepada saya.
Hasil konsultasi saya dengan kepala
sekolah yaitu dengan adanya keputusan untuk melanjutkan kuliah ke IPB dengan
prodi Proteksi Tanaman fakultas Pertanian. Saya masih belum percaya dengan
keputusan ini, tapi jujur saya merasa tenang dan berterima kasih sekali kepada
kepala sekolah yang sudah saya anggap ayah sendiri, karena beliau selain guru
BP juga sebagai Pembina kelompok ilmiah remaja (KIR) salah satu ekstrakulikuler
yang saya ikuti di SMA. Dengan penuh kecerian dan rasa bahagia saya
menyampaikan kabar bahagia tersebut kepada kedua orang tua saya. Respon ayah
dan ibu sangat baik, karena saya menjelaskan dan memaparkan satu per satu
mengenai beasiswa BIDIK MISI. Baik yang akan saya terima dan apa yang harus
saya berikan. Alhamdulillah restu dan ridho dari orag tua sudah ditangan, saya
sangat bersyukur atas jalan terbaik yang telah Allah berikan. Dulu saya tidak
pernah bermimpi untuk biasa kuliah di PTN terbaik, tetapi dengan tekad dan niat
yang sungguh-sungguh mimpi itu mulai memampakan celahnya.
Perasaan yakin itu selalu mengiringi
langkah saya ketika pendaftaran mahasiswa baru sekaligus pendaftaran beasiswa
bidik misi. Tidak ada harapan lain dihati saya kecuali perasaan yakin bahwa
saya pasti keterima di IPB dan mendapatkan beasiswa. Selama satu bulan saya
mempersiapkan semuanya, mulai dari persyaratan hingga mental dan ilmu sebagai
bekal nanti jika saya keterima menjadi mahasiswa IPB. Semua itu saya lakukan
dengan penuh keikhlasan karena Allah untuk keluarga tercinta. Hanya itulah yang
membuat saya tetap semangat walaupun hujatan dan cemooh orang lain silih
berganti menghampiri saya. Jika saya sudah niat maka tidak akan ada hambatan
yang akan saya biarkan menggagalkan niat saya itu, saya akan berusaha agar niat
saya itu membuahkan hasil.
Saat yang sangat memacu adrenalin saya
yaitu ketika pengumuman penerimaan mahasiswa baru IPB diumumkan. Saat itu saya
dengan penuh keyakinan membuka website dan nama saya tercantum, tanda bahwa
saya diterima sebagai mahasiswa IPB. Dengan penuh rasa syukur saya berterima
kasih kepada Allah atas keputusan terbaik dari-NYA, saat itu juga saya langsung
memeluk ibu dan ayah saya sebagai ungkapan rasa bahagia atas nikmat Allah.
Tapi, tidak berhenti sampai disini, ayah harus kembali memutar otaknya untuk
memikirkan dari mana mendapatkan uang untuk pergi ke Bogor dalam rangka
registrasi mahasiswa baru. Singkat cerita, akhirnya aya tidak ada keputusan
lain, menjual harta kami satu-satunya yang telah dipelihara bertahun-tahun
adalah satu-satunya solusi agar saya dapat mengikuti registrasi, yaitu seekor
kerbau. Sebenarnya saya tidak tega, tapi demi mimpi anaknya ayah rela
mengorbankan harta satu-satunya. Hasil jual kerbau itu cukup untuk aku pergi ke
Bogor registrasi selama dua tahap.
Sungguh Allah maha adil, Allah mengganti
seekor kerbau ayah dengan kabar gembira dari IPB bahwa saya diterima sebagai
mahasiswa yang mendapatkan beasiswa bidik misi. Sungguh perasaan yang sangat
luar biasa, saya bersyukur atas nikmat ini. Subhanallah satu persatu mimpi itu
menjadi nyata. Lulus ujian, diterima di IPB dengan prodi pilihan pertama dan
mendapatkan beasiswa bidik misi. Setelah melalui berbagai rintangan dan hambatan
saya pun dapat melewatinya dengan hasil yang indah. Semua ini tidak lepas dari
kekuasaan Allah, doa ibu dan ayah serta dukungan dari semua orang yang
menyayangi saya. Saya berterima kasih sekali kepada pihak DIKTI dan IPB atas
kesempatan yang telah diberikan, insya allah akan saya manfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Dengan penuh harapan saatnya mengukir prestasi bersama
bidikmisi. Mungkin jika tidak ada beasiswa bidik misi, saya tidak akan
merasakan indahnya persahabatan di IPB, suasana kampus yang ramah dan
pengalaman yang luar biasa. Dengan adanya beasiswa bidik misi ini membantu
anak-anak Indonesia terutama yang kurang mampu secara ekonomi tetapi
berprestasi dibidang akademik.
Semua orang berhak atas pendidikan,
walaupun tidak hanya pendidikan formal. Tetapi untuk menciptakan generasi yang
berpendidikan sarana itu penting. Saya sangat besyukur dan bangga menjadi mahasiswa
IPB. Walaupun ayah saya hanya lulusan SD tapi anaknya jangan seperti ayah, saya
harus memutuskan tali kemiskinan di dalam keluarga saya. Walaupun ayah saya
hanya seorang buruh tani yang penghasilannya hanya cukup untuk makan, apa
salahnya jika anaknya menjadi orang sukses, menjadi intelektual yang berhasil.
Itu semua tidak mustahil, dengan niat dan tekad disertai doa dan usaha yang kontinyu
pasti bisa dan impian itu akan terwujud atas ridho Allah.
Inilah jalan yang diberikan Allah, jangan
pernah katakana tidak bisa karena potensi itu ada. Saya selalu yakin bahwa jika
kita ada kemauan maka yakinlah pasti bisa. Saya harus menjadi manusia yang
berguna untuk keluarga dan sesama, karena hidup ini akan jauh lebih indah
dengan berbagi. Beasiswa bidik misi ini sangat bagus karena tidak hanya
ditinjau dari segi ekonomi tetapi prestasi yaitu dengan syarat IPK (indeks
prestasi komulatif) harus di atas 2,50. Itu merupakan acuan untuk saya bahwa
kita hidup jangan hanya ingin diberi tapi berikanlah yang terbaik yang mampu
kita lakukan.
Kisah inspiratif ini mungkin jauh dari
kesempurnaan, karena bukan sempurna yang saya cari, tapi saya harap cerita ini bisa
menjadi sarana untuk berbagi. Selalu berfikir positif kepada Allah berdoa
dengan penuh keyakinan dan berusaha semaksimal mungkin. Semua orang pasti
memiliki mimpi, raihlah gapai dengan tangga prestasi. Terus berusaha yakinlah
bahwa kaki kita tidak akan berhenti sebelum menginjak surga-NYA. Jika kita
hanya mengharap ridho Allah maka tidak aka nada rasa memiliki yang berlebihan,
seperti beasiswa ini, jangan merasa memiliki tapi berusahalah untuk memaknai.
Saya selalu menerapkan “man jadda wa jada dan kun fayakun”. Semua kembali lagi
pada Allah.
Bogor, 21 September 2012
Bogor, 21 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar