Selasa, 24 Juni 2014
Imanmu Menentukan Kebahagianmu
Imanmu Menentukan Kebahagianmu
Orang-orang sengsara yang sebenarnya adalah mereka yang miskin iman dan mengalami krisis keyakinan. Mereka ini, selamanya akan berada dalam kesengsaraan, kemurkaan, dan kehinaan. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaahaa: 124)
Kehidupan yang sempit, sesak, dan berat sebagai adzab merupakan akibat dari berpaling, ingkar, dan kufur terhadap Al-Qur’an sebagai sumber petunjuk dan keimanan.
Tidak ada sesuatu yang membahagiakan jiwa, membersihkan dan menyucikannya, membuat bahagia dan mengusir kegundahan darinya kecuali iman yang benar kepada Allah, Rabba semesta alam. Singkatnya, kehidupan akan terasa hambar tanpa iman.
Singkatnya, kehidupan akan terasa hambar tanpa iman.
Dalam pandangan orang-orang atheis, cara terbaik untuk membebaskan jiwa adalah dengan bunuh diri. Menurut mereka, dengan bunuh diri orang akan terbebas dari segala tekanan, kegelapan, dan bencana dunia. Betapa malangnya hidup tanpa iman. Betapa pedihnya siksa dan adzab yang akan dirasakan di akhirat oleh orang-orang yang menyimpang dari tuntunan Allah.
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Qur’an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (QS. Al-An’am: 110)
Dalam pandangan orang-orang atheis, cara terbaik untuk membebaskan jiwa adalah dengan bunuh diri.
Kini sudah saatnya dunia menerima dengan tulus, ikhlas dan penuh keyakinan bahwa, “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” Betapapun, pengalaman dan uji coba manusia sepanjang sejarah kehidupan dunia ini dari abad ke abad telah membuktikan banyak hal; menyadarkan bahwa berhala-berhala itu hanya tahayul belaka, kekafiran itu laknat, atheisme itu dusta, dan para rasul itu benar adanya, serta Allah itu Mahabenar. Allah-lah yang memiliki kerajaan bumi dan langit, segala puja dan puji hanya milik-Nya, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Seberapa besar dan kecil, kuat dan lemah, hangat dan dingin iman anda, maka sebatas itu pula kebahagiaan, ketentraman, kedamaian dan ketenangan anda dapatkan.
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Nahl: 97)
Maksud kehidupan yang baik (hayah thayyibah) dalam ayat ini adalah ketenangan jiwa mereka dengan janji baik dari Rabbnya, keteguhan hati dalam mencintai Allah, kesucian mereka dari unsur-unsur penyimpangan iman, ketenangan mereka dalam menghadapi setiap kenyataan hidup, kerelaan hati mereka dalam menerima dan menjalani ketentuan Allah, dan keikhlasan mereka dalam menghadapi takdir. Dan itu semua, sesungguhnya karena mereka ridla Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agama mereka, dan Muhammad sebagai nabi dan rasul yang diutus Allah kepada mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ذَاقَ طَعْم الْإِيمَان مَنْ رَضِيَ بِاَللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَسُولًا
“Pasti akan merasakan manisnya iman orang yang ridla Allah sebagai Rabb, Islam sebagai dien/aturan hidup, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al Abbas bin Abdil Muthalib).
Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, kalau tiga keridlaan ini ada dalam diri seseorang maka dia telah menjadi orang yang benar dan jujur dalam beriman. Hal ini sesuai dengan firman Allah,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu lagi, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al Hujurat: 15)
Dalam Shahihain, dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Tiga hal yang terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, tidaklah ia mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.”
Dalam riwayat Imam Ahmad, dari Abu Razin al ‘Uqaili rahimahullah, “Apabila kamu seperti itu maka benar-benar iman sudah masuk ke dalam hatimu sebagaimana masuknya kecintaan kepada air bagi orang yang kehausan di tengah hari yang terik.”
Ibnul Qayim bercerita tentang gurunya, Ibnu Taimiyah: “Sungguh aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Sesungguhnya di dalam dunia ada sebuah surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan bisa memasuki surga akhirat.”
“Sesungguhnya di dalam dunia ada sebuah surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan bisa memasuki surga akhirat.”
(Ibnu Taimiyah)
Pada suatu hari ia juga bercerita kepadaku, “Apa yang yang akan dilakukan oleh musuh-musuhku terhadapku? Sesungguhnya surgaku dan tamanku ada di dalam dadaku. Kemanapun aku pergi ia selalu bersamaku. Sungguh penjaraku adalah khalwat (menyepi)ku bersama Allah, kematianku adalah kesyahidan, dan pengusiran diriku dari negeriku adalah tamasya.”
Oleh: Badrul Tamam
Sumber : amininoorm
Jilbab Indonesia
Minggu, 22 Juni 2014
Pilihan liburanku
Pilihan liburanku...
Keluarga selalu menjadi tujuan utama untuk kita kunjungi ketika libur
menyapa.
Namun entah ada angin dari mana aku lebih memilih untuk mengunjungi tempat
yang sangat jarang aku kunjungi karena kesempatan itu.
Pertamanya aku ragu dan sempat berpikir beberapa kali sampai akhirnya
memutuskan untuk pergi.
Ragu itu muncul ketika tugas yang tak kunjung selesai dan adanya tuntutan
untuk menyelesaikan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari rutinitas.
Sebetulnya aku bisa saja mengantisipasi ini semua dengan menyegerakannya.
Artinya segera mengerjakan tidak menunda, namun itulah aku masih suka tergoda
dengan yang namanya menunda apalagi kalau sudah buntu tanpa ide.
Alhasil karena penundaan itu mengakibatkan penundaan berikutnya. Pada sore
itu walaupun sudah terlalu terlambat untuk melakukan perjalanan aku tetap
memutuskan untuk pergi. Dan karena penundaan itupun aku harus menunda
keberangkatan karena tertinggal bis yang sudah aku jadwalkan. Dan tahukah aku
hanya terlambat 10 menit dan itu harus aku bayar dengan satu setengah jam
perjalananan. Disini kembali lagi aku diingitkan untuk tidak menunda dan
melawan rasa malas. Begitupun Allah telah memerintahkan untuk menyegerakan
segala sesutu yang berbentuk kebaikan.
Yup, malam itu tepatnya pukul 19.15 aku memulai perjalanan itu tanpa ada
teman yang biasa menjadi tempat untuk mengisi perjalananku. Hanya sendiri, tapi
tidak sendirian karena Allah selalu bersamaku. Kemana aku akan pergi dan
seperti apa tempatnya nanti aku masih belum terbayang. Karena beberapa waktu lalu
beliau baru pindah rumah. Heemm siapa sebenarnya yang akan aku kunjungi? Sebuah
keluarga kecil yang baru dikarunia dua orang putra dan puti yang sangat lucu
dan menggemaskan itulah keluarga Ceuceu aku.
Aku terbiasa memanggil ceuceu untuk panggilan saudara perempuan dan aa untuk
saudara laki-laki. Mungkin ikatan darah itu sudah terlalu jauh tapi ikatan tali
silaturahim dan kasih sayang itu selalu mengikat kita dan mendekatkan kita.
Sudah lama rasanya tidak berjumpa, bertegur sapa dan bermanja ria. Jarak dan
kesibukan selalu menjadi alasan klasik untuk sebuah pertemuan keluarga, walaupun
jalinan komunikasi itu selalu terjalin walau hanya melaui pesan singkat atau
sekedar berceloteh di BBM. Begitulah kedekatan kita, aku selalu ingin menjalin
persaudaraan dengan siapapun terlebih dengan yang jelas merupakan saudara.
***
Malam itu aku melakukan perjalan dengan naik bis, di dalam bis aku duduk
sendirian, selang beberapa waktu ada ibu mudah duduk disebelahku. Dengan ramah
aku menyapa, ternyata keramahan itu mendatangkan kehangatan diantara kita.
Mengalir bagaikan air dan membuat aku menikmati perjalanan tanpa rasa kantuk
yang menghampiri. Begitu banyak persamaan diantara kita dan pemahaman yang
samapun menjadikan kita selalu ada obrolan yang bermanfaat dan menarik untuk
dibahas.
Walaupun perkenlan itu singkat tapi rasanya aku mendapatkan banyak hal dan
serasa bertemu dengan orang yang tepat. Tapi anehnya yang menjadi pertanyaanku
mengapa pada saat itu aku seperti sedang menceritakan orang lain. Orang yang
selalu masuk dalam setiap obrolan yang sedang kita bahas. Tapi yasudahlah
jangan bahas itu, intinya selama perjalan emapat jam di malam hari saya tidak
melewatkannya dengan tidur tapi mengisinya dengan obrolan yang penuh manfaat,
menambah ilmu dan pengalaman. Dan yang paling penting saya mendapatkan saudara
baru. Walaupun hanya sekedar pertemuan di bis tapi komunikasi kita berlanjut
via jejaring sosial ataupun hanya pesan singkat.
Jujur aku banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman berharga dari beliau. Baik
itu bagaimana menjadi muslimah yang baik dan pengalaman yang lainnya. Dan
disetiap sela-sela obrolan kita beliau selalu menyelipkan doa terbaiknya
untukku. Sungguh damainya hati ini ketika beberpa nasehat positif yang
diberikan beliau begitu menyentuh hati. Aku tidak akan melupakan pertemuan
singkat namun penuh arti ini. Terima kasih ibu eh mba J
***
Tidak terasa perjalanan pun sudah selesai, tepatnya bis sudah berhenti di
pemberhentian terakhir. Dengan berat hati akhirnya aku harus berpisah dengan
sebut saja mba Wulan, ibu yang luar biasa. Betapa tidak belia adalah ibu muda
yang baru dikarunia satu putra berusia 9 tahun. Namun dengan penuh keikhlasan
beliau merawat dan membesarkan putra adik kandungnya yang telah meninggal. Dan dari
kecil hingga dewasa mereka selalu mendapatkan pendidikan berbasis perantren. Luar
biasa, dan tujuan beliau sekarang ke Bandung adalah untuk memasukan anaknya
untuk menjadi pengajar di pondok pesantren milik temannya. Subhanallah...
Satu kalimat yang membuat aku sempat terharu ketika perpisahan itu. “Hati-hati
ya de, semoga jalinan silaturahim kita senantiasa terjaga dan kita dapat
bertemu lagi.” Aku hanya mengangguk dan bergegas turun dari bis. Bersyukur
sewaktu di bis aku dipinjamkan powerbank sama mba wulan karena jika tidak
mungkin aku tidak akan bisa berhubungan sama aa yang akan menjemput di
terminal. Tanpa lama-lama aku langsung menelpon si aa dan dengan perasaan
senang aku menghampiri aa yang sudah lama menungguku.
***
Malam semakin larut, tanpa mengulur-ulur waktu kita bergegas pergi untuk
menempuh perjalanan menuju rumah. Luar biasa itu adalah perjalan pertama aku di
malam hari larut malam menggunkan motor. Kita melaju dengan kecepatan tinggi,
jujur aku khwatir tapi tetap yakin insya Allah kita selamatdengan sesekali
mengingatkan si aa kalau terlalu ngebut. Ini adalah pengalaman pertama aku
melawan gelapnya malam menembus dinginnya udara malam yang sangat menusuk.
***
Akhirnya kita sampai juga di suatu perumahan sederhana dan menuju satu rumah
minimalis yang begitu terawat. “Sudah sampai neng, ayo turun” kata si aa
menyurh ku untuk turun. Aku yang sedikit mengantuk hanya menjawab. “Oh iya a,
sudah sampai ya?” Aku turun dan segera masuk ke dlam rumah yang sudah di
bukakan pintunya oleh si ceuceu dan si aa yang sudah lama menunggu. Betapa senangnya
aku mendapatkan sambutan yang begitu hangat dan penuh kekeluargaan.
Melihat aku yang sedikit kedinginan tanpa aku minta si aa uda menyuruh
ceuceu untuk membuatkan aku teh hangat. Aneh rasa kantuk yang sempat menyapa
pada saat perjalanan tadi kembali hilang dengan cairnya suasana dalam keluarga
kecil ini. Obrolan itu berjalan dengan ringannya dan menenangkan seakan kita
bertemu setiap hari. Aku bersyukur.
***
Begitulah, mungkin aku harus menunda untuk bertemu dengan keluarga intiku,
namun bukan kesalahan juga aku pergi dan bersilaturahim ke rumah saudara yang
begitu hangat ini. Insya Allah akan banyak manfaat yang aku dapatkan terlebih
pengalaman. Karena meraka tipe orang yang senang sharing dan berbagi.
Tepat tengah malam lebih sedikit di Bandung, 21 Juni 2014
Siapa Pilihan Allah itu?
Dikaukah laki-laki pilihan Allah??
Banyak sekali ayat-ayat
Allah dan hadits Rasulullah yang mengajarkan kepada kaum wanita, agar
mereka mendapatkan laki-laki yang Allah pilihkan untuk menjadi suami
mereka. Tentunya, lelaki pilihan Allah, adalah mereka yang taat dalam
memperlakukan wanita sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Karena
aturan yang Allah berikan kepada lelaki dalam memperlakukan wanita
itulah, salah satu bentuk, bagaimana Allah memuliakan kaum wanita….
Tentunya, dengan waktu yang singkat tidaklah mungkin kita hadirkan
kajian ayat dan hadits yang sangat banyak sekali jumlahnya …, tetapi
dengan sangat mudah kaum wanita bisa melihat dari ciri-ciri akhlaq
mereka..
Beberapa ciri yang umum dari akhlaq lelaki pilihan Allah ketika ia hendak menikahi seorang wanita adalah ;
Ketika memulai satu hubungan, ia akan menyatakan niatnya dan
memperlihatkan kesungguhannya bahwa hubungan yang dilakukannya itu
semata-mata hanya untuk menikah, bukan untuk hubungan yang lain seperti
berpacaran atau sekedar bermain-main saja. Dalam proses perkenalan,
berdua-duaan adalah hal yang selalu dihindari, menjaga pandangan mata,
tidak menyentuh calon istrinya, walaupun hanya berjabat tangan.
Dan pada saat berbicara, dirinya tidak melakukan pembicaraan yang tidak
bermafaat, atau perkataan yang sia-sia, tidak mengobral janji, atau
berangan-angan kosong. Sikapnya tawadhu, sopan, dan menyenangkan.
Tidak pula berlebihan dalam berbicara. Mengucapkan salam dan berkata
yang baik, adalah kepribadiannya, memiliki sifat optimis, rajin dalam
bekerja dan berusaha tampak dari cara ia menceritakan hal yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
Pergaulannya dengan orang-orang yang
sholeh, bisa kita lihat pada teman-teman disekelilingnya, dan
pemahamannya terhadap agama, atau pada perilaku ibadahnya. Mengisi waktu
senggangnya dengan hal yang bermanfaat dan berolah raga.
Menghormati orang tua calon istri, dengan niat mempercepat akad nikah
dan tidak menundanya dengan jangka waktu yang lama, dan yang terlebih
penting lagi, tidak mengambil pinangan orang lain.
Dan..pada saat menikah dan setelahnya, ciri mereka sebagai suami pilihan Allah setidaknya memiliki akhlaq ;
Membayarkan mahar istri dengan sempurna, jika maharnya tidak tunai,
maka akan segera ditunaikan. Memberikan nafkah kepada istri, lahir dan
bathin dengan cara pertengahan, tidak kikir dan tidak pula berlebihan,
sikapnya konsisten seperti apa yang katakan pada saat sebelum menikah
dengan memperlakukan istri dengan lemah lembut, bercanda dan bersenda
gurau dengan tidak berlebihan, berkata yang baik, memanggil istrinya
dengan sebutan yang menyenangkan istrinya, dan dan senantiasa menjaga
rahasia istri dan kehidupan rumah tangga mereka.
Dan pada sisi
lain, ia tegas jika perbuatan istri mengarah kepada hal yang dapat
menjerumuskan kepada kemaksiatan, kelalaian dalam beribadah, atau sikap
dan perilaku yang menyimpang dari aturan Allah.
Jika
menghukumnya, ia tidak akan pernah memukulnya atau menyakitinya, tetapi
jika perlu melakukan hal itu dengan alasan yang dibenarkan dalam
syariat, ia hanya akan melakukannya tanpa menyakiti, atau menimbulkan
bekas pada bagian tubuh manapun dari sang istri.
Pemaaf dan
pengertian, adalah sifat yang senantiasa ditunjukkannya, berterima kasih
kepada istrinya adalah bentuk penghargaan yang tidak pernah
dilewatkannya. Demikian pula dengan penampilannya yang senantiasa
menjaga kebersihan, rapi dan wangi.
Senantiasa bermusyawarah,
berdiskusi, meminta pendapat istri dalam urusan rumah tangga dan
mendidik anak-anak. Membantu istri dalam urusan rumah tangga yang tidak
bisa ditangani, apakah itu dengan menyediakan berbagai fasilitas yang
disanggupi seperti pembantu rumah tangga, perlatan masak, dan hal
lainnya.
Jika berkemampuan, pasti dirinya akan menempatkan
istrinya di tempat yang baik, dengan lingkungan yang baik pula dan
menjaganya dari segala hal yang dapat menibulkan fitnah bagi istrinya.
Dalam waktu luangnya, ia pasti menemani istrinya apabila bepergian,
memerintahkan istrinya untuk menutup auratnya, tidak membawa istrinya ke
tempat yang dapat menimbulkan maksiat. Memuliakan orang tua dan
keluarga istri sama seperti keluarganya sendiri.
Dan yang paling
senantiasa ia lakukan adalah memberikan teladan bagi istri dan
anak-anaknya, menjadi imam dalam beribadah, memberikan bimbingan dan
senantiasa mengingatkan akan tujuan pernikahan, serta terus berusaha
meningkatkan ketaatan dan ibadah mereka kepada Allah..
Setidaknya, inilah ciri-ciri akhlaq lelaki dan suami pilihan Allah,
walaupun ia tidak harus selalu kaya, tampan dan gagah, tetapi jika
dirinya dihiasi akhlaq yang sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-nya,
Insya Allah kehidupan rumah tangga yang diberkahi, sakinah, mawaddah,
dan warrahmah akan dicapai..
Sumber : amininoorm
Sejuknya malam di Bandung, 22 Juni 2014
Rabu, 18 Juni 2014
Tentang kami Kebanggaan Ibu dan Ayah
Tentang kami Kebanggaan Ibu dan Ayah
Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?
(Ar-Rahman)
kalimat Allah yang memiliki arti luar biasa, dimana
hendaknya kita senantiasa bersyukur..
Bersyukur diberikan kesempatan untuk menapakai kehidupan di
dunia ini. Lahir dari suatu kelompok yang biasa disebut dengan keluarga.
Disinilah awal pembentukan karakter seorang anak, seperti apa karakter, akhlak
dan kepribadian seorang anak adalah sebagian besar hasil pendidikan dari
keluarga.
Saya terlahir dari keluarga sederhana, lengkap dan harmonis.
Ayah dengan profesinya sebagai buruh tani senantiasa sehat dan tegar dengan
keikhlasannya. Ibu tercinta adalah ibu rumah tangga yang kuat, tangguh, sabar
dan penuh kasih sayang. Ibu juga berperan sebagai pengganti ayah jika ayah
tidak berada di rumah. Ibu tidak pernah ragu untuk pergi bekerja ke sawah orang
lain asalkan anak-anaknya dapat pergi sekolah . selain saya, ibu dan ayah juga
memiliki dua anak kebanggaan yaitu adik perempuan Dede Lisna L yang
sekarang duduk di kelas 2 SMP dan adik laki-laki Asep Anwar M yang baru memulai sekolahnya di kelas 1 SD).
Saya dan adik-adik saya, walaupun kami terlahir dari rahim
yang sama lingkungan keluarga dan kasih sayang yang sama. Akan tetapai karakter
dan kepribadian kami berbeda satu sama lain. Cara berbicara yang beda, cara
belajar yang berbeda dan cara menghargai ibu dan ayah berbeda. Saya adalah
tipe anak yang penurut, tidak banyak permintaan dan takut kepada ayah dan ibu,
tapi sedikit manja. Adik perempuan banyak bicara, banyak permintaan, tidak
nurut dan tidak takut kepada ayah dan ibu, jika diberikan nasihat tidak pernah
mau mendengarkan. Dan adik laki-laki sedikit pendiam tapi selalu ceria, penurut dan takut kepada
ayah dan ibu.
Melihat perbedaan diantara tiga bersaudara ini, terlihat
begitu jelas menjadi orang tua adalah tanggung jawab yang sangat besar. Ketika
belum berhasil membentuk karakter anak sesuai yang kita harapkan maka tidak
cukup sampai disitu peran sebagai orang tua. Berbagai usaha, doa dan upaya
pendekatan terus dilakukan. Tapi kembali lagi bahwa ada yang kita lupakan yaitu
lingkungan sekolah, masyarakat dan teman-teman dari anak juga turut berpengaruh
terhadap akhlak seorang anak.
Di dalam keluarga saya, adik perempuan saya merupakan ujian
untuk keluarga, dimana ibu, ayah dan saya harus lebih memperhatikan dan berusaha
meluruskan Dede agar menjadi pribadi yang lebih baik. Perbedaan itu tidak hanya
dari akhlak akan tetapi dari segi akademik Dede memiliki kemampuan yang sedikit
berbeda. Jika kakak dan adiknya selalu menjadi juara kelas akan tetapi Dede
belum pernah masuk 10 besar di kelasnya semenjak SD dan SMP.
Disini siapakah yang bersalah? Tentu bukan Dede, bukan ayah
dan ibu juga. Karakter itu juga berasal dari diri kita sendiri, ingin dan akan
seperti apa kita semua berawal dari diri kita sendiri. Seberapa kuat doa dan
usaha kami jika belum ada hidayah dari Allah maka Dede akan tetap sperti itu.
Maka hanya hidayah dari Allah yang dapat menyentuh hati Dede, dan membuatnya sadar dan mau belajar menjadi lebih baik.
selain perbedaan di atas, ada juga yang membedakan kita dari segi kesukaan dan kebiasaan, saya lebih
suka berada di rumah, menghabiskan waktu dengan ibu di dapur, membaca buku atau
sekedar menulis diary (buku harian) di kamar. Jarang sekali saya main kesana kemari, hal
itu dilakukan jika ada beberapa kegiatan yang harus saya lakukan atau berkumpul
bersama teman-teman.
Beda halnya dengan adik saya yang kedua dia lebih suka
berada di luar rumah, bermain dengan teman-temannya kesana dan kemari, tidak
betah di rumah, tidak suka pekerjaan rumah dan tidak suka jika disuruh
melakukan pekerjaan rumah. Dalam segi belajar juga kurang, jarang sekali saya
melihat dia membaca buku pelajarannya jika tidak diingatka oleh saya atau ibu.
Dan
terakhir si bungsi adik laki-laki saya, dia suka bermain tapi ingat waktu jika
sudah waktunya makan siang dia pulang, jika main di sore hari dan sudah
menjelang maghrib dia akan segera pulang dan siap-siap ke tempat dia mengaji tanpa disuruh atau diingatkan oleh ibu. Begitupun
jika sepulang sekolah memiliki pekerjaan rumah (PR) dari sekolah maka dia tidak
akan pergi main sebelum mengerjakan tugasnya. Maka tak heran jika dia bisa menjadi
juara di kelasnya. Namun dia sedikit manja juga jika kita sudah menjanjikan
sesuatu maka sampai kapanpun akan tetap ditagihnya sampai kita melaksanakannya.
Sifat, karakter, potensi dan kepribadian kita memang berbeda
satu sama lain. Namun hal itu tidak menjadikan kami saling bermusuhan ataupun
bertikai satu sama lain. Kami tetap hidup rukun dengan penuh kasih sayang,
saling melengkapi dan saling berbagi satu sama lain. Walaupun tidak dipungkiri
antara saya dan adik perempuan saya sering berantem karena hal sepele. Mungkin karena
sama-sama perempuan dan usia kita hanya berbeda enam tahun. walaupun dari segi postur
tubuh dan sifat manjanya memang saya lebih cocok sebagai adiknya. Tapi disisi
lain saya juga tetap menunjukan kewibawaan saya sebagai kaka yang penuh kasih sayang.
Yah itulah keluarga kami, saya bangga dengan ibu dan ayah. Seberat apapun tanggungan hidup dan sepahit apapun himpitan ekonomi, ibu dan
ayah tidak pernah sekalipun menunjukannya pada kami. Baik dari percekcokan kecil
anatar ayah dan ibu atau dari raut wajah mereka. Mereka hebat, selalu bisa mengatasi semuanya. Itu semua
mereka lakukan untuk membentuk karakter anak-anaknya yang penuh prihatin dan
merasakan perjungan hidup tanpa harus selalu mengeluh. Menghargai hidup dan peka terhadap lingkungan dan sesama. Jangan pernah menunjukan keadaanmu yang sedang bersedih karena akan membuat orang-orang disekitar mu ikut merasa sedih. begitulah yang mereka ajarkan pada saya tentang arti hidup. Kebanggaan ini akan
terus dan tetap melekat disini, dihati ini sebagai bekal hidup saya saat ini dan
seterusnya.
Sekarang saya adalah mahasiswa tingkat akhir, yang sebentar
lagi akan membaur dengan masyarakat melalui program KKP dan akan segera
memikirkan tugas akhir juga. Sungguh waktu berjalan begitu cepat, namun
sudahkah mempersiapkan untuk itu?. jawabannya insya allah siap. Alhamdulillah, Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk menuntut ilmu dan mengenal kehidupan yang lebih kompleks dari kehidupan dalam keluarga. Saya bisa kuliah karena keinginan yang kuat dan dukungan dari kedua orang tua. Karena ayah yang hebat selalu bilang, mungkin jika ayah
membahagian anak-anak ayah dengan materi ayah tidak bisa. Yang dapat ayah
lakukan hanya memberikan pendidikan sebaik mungkin walau harus penuh
perjuangan. Agar kelak anak-anak ayah dapat hidup bahagia dengan bekal ilmunya.
Yupp hidup ini adalah perjuangan dan harus diperjuangankan. Terima
kasih ibu, ayah dan adik-adik tercinta. Aku menyangi kalian karena Allah dan
selalu ingin membahagiakan kalian setiap harinya dengan ceritaku dan hidupku. Semua
sudah digariskan oleh sang Maha Kuasa Allah SWT, tugas kita hanyalah
menjalaninya dan mengikhtiarkannya. Loving you as always :*
Dalam suasana bahagia di Bogor, 18 Juni 2014_TSA_
Goresan Ceritaku (lanjutan)
Lanjutan..
Jam dinding rumahku
menunjukan pukul 16.13, terlihat gadis mungil yang biasa dipanggil Cha itu
terlihat mengantuk. Sebelum dia tertidur aku
ingin segera menangakan padanya, kenapa dia menangis sendirian dalam derasnya
hujan? dan kenapa juga menangis di depan rumahku?
-------------------
-------------------
"Cha,
ngantuk ya?" tanyaku sambil menyentuh lembut rambutnya.
"Hah, enggak kok ka" jawabnya sambil mengucek-ngucek matanya yang mulai memerah. "Oh
iya sayang, kakak penasaran, tadi Cha kenapa menangis sayang? ada apa? silakan
cerita saja sama kakak"
Pertanyaanku seperti petasan yang merepet. Karena
rasa penasaran aku seperti itulah jadinya. Aku yakin dia anak yang cerdas dan
dia pasti dapat menjawab pertanyaanku.
Aku masih berpikir, dia mulai menjawab pertanyaanku. "Kakak
Cha mau cerita" ucapnya manja, seakan kita sudah saling mengenal lebih
lama. Aku senang dan segera merangkulnya. "Iya sayang, silahkan cerita,
Cha mau cerita apa?" kataku lembut. "Kenapa cha menangis sendirian
dan hujan-hujanan. Pertama karena Cha kecewa, kedua bingung dan ketiga Cha malu
jika nangis terang-terangan. Kenapa disaat hujan karena Cha berharap tidak ada
yang tahu kalau Cha sedang menangis, tapi ternyata kaka tahu. Cha bingung harus
percaya sama siapa Ibu atau orang lain. Cha harus mendengarkan pernyataan dari
orang lain kalau ayah Cha itu sudah meninggalkan Cha. Tetapi ibu bilang bahwa ayah
Cha adalah ayah yang berada di rumah. Cha lelah dengan ledekan teman-teman Cha.
Tapi Cha juga harus percaya sama ibu karena itu sangat nyata. cha kecewa kenapa
harus ada dua pernyataan. Cha uda lelah makanya Cha nangis ka”.
Anak kecil ini seakan meluapkan apa yang selama ini dia
rasakan. Aku semakin penasaran sebenarnya dia berusia berapa tahun? Ucapan dan
kata-katanya seperti yang sudah terbiasa dengan masalah yang cukup berat. Aku
hanya menghela nafas dan berkata. "sudah lega Cha? sekarang Cha bobo ya?” Akhirnya gadis lucu nan
cerdas ini tidur dipangkuanku. Aku belum
bisa memberikannya saran atau hanya sekedar kata-kata untuk menghiburnya. Ini
nyata dan sepertinya pernah ada cerita yang sama.
----------------------
Aku
merenung dan mencermati apa yang diceritakan anak tersebut. Aku mengingat bahwa
sepertinya cerita ini tidak asing bagiku.
Aku teringat ketika 14 tahun yang lalu usiaku persis sama
dengannya, yaitu berusia 6 tahun. Gadis yang manis ceria dan cerdas, membuat
orang tua sayang dan tidak ingin membuatnya sedih apalagi terganggu aktivitas
akademiknya.
------------------
Seperti anak manis Cha, akupun merasakan dan mengalami hal
yang sama. Dimana harus dihadapkan dengan dua pernyataan yg berbeda berasal dari
ibu dan masyarakat sekitar. Aku jelas tidak tahu mana yang benar dan mana yang
salah, hanya kebingungan yg selalu menghampiriku. Setiap keluar rumah atau
sekedar main dengan teman sebaya ejekan dan pernyataan menyakitkan selalu aku
terima, yang pada akhirnya pulang dan menangis sendirian di dalam kamar. Ketika
menanyakan kebenarannya pada ibu, maka jawabannya adalah pernyataan ibulah yang
benar. Terus seperti itu sampai aku berusia 14 tahun.
-----------------
-----------------
Usia 14 tahun adalah moment berharga dimana aku dapat
mengetahui kebenaran yang selama 14 tahun menjadi misteri dan membuat
kebimbangan selama 8 tahun dimana aku sudah mulai bisa berpikir. Apa sebenarnya
yang terjadi? Ketika aku hendak mengingatnya. Aku tersadar dengan
panggilan ibu dari dapur. "Ceuceu* sudah jam 17.00 waktunya makan dan
minum obat". "heemm iya ibu sebentar". Jawabku spontan. Kaget
juga sebetulnya karena barusan aku sedang mengingat masa laluku.
Begitulah hidup penuh dengan kebingungan dan ketidakpastian.
Maka dari itu perlunya prinsip dalam hidup. Aku selalu yakin bahwa aku akan
menemukan kebenaran itu. Dan Allah menjawabnya setelah aku menunggu dan menghadapinya
selama 14 tahun. Ketika itu tepat di bulan Desember 2009 telah terjadi jejak
baru dalam hidupku.
--------------------
Desember
2009,
tepatnya 5 tahun yang lalu keluarga kami tengah
berduka atas meninggalnya kakek tercinta. Sore itu di rumah nenek, aku, ibu,
nenek, paman dan bibi tengah sibuk membereskan berkas-berkas kakek. Ditengah-tengah membereskan berkas, aku mendapati
sebuah foto jaman duul tapi masih tetap terlihat bagus. Di dalam foto tersebut
hanya satu yang aku kenal karena mirip dengan
seseorang yaitu ibu. Tapi untuk yang lainnya aku belum pernah melihat mereka
sebelumnya. Akan tetapi jika dilihat dari cara mereka berfoto menunjukan bahwa
mereka memiliki hubungan yang dekat satu sama lain. Aku hanya bertanya-tanya sendiri dalam hati.
Untuk mengobati rasa
penasaranku aku menghampiri ibu dan menyodorkan foto tersebut dan bertanya
"ibu ini foto siapa ya? tadi ceuceu menemukannya di tempat dokumen kakek."
Terlihat ekspresi yang sangat kaget dari wajah ibu. Kemudian ibu menjawab
"foto apa ceu? coba ibu lihat" mengambil foto dari tanganku. "Oh
ini ibu tidak tahu ceu suda lupa, ini suda lama sekali sepertinya" sambung
ibu. Tapi sepertinya ibu sedang berbohong dan menutupi sesuatu. Aku semakin
penasaran, aku bertanya kembali pada ibu "ibu jawab dengan jujur, yang ini
siapa? seprtinya mirip sekali dengan ibu" tanyaku sambil menunjuk ke arah
foto ibu. Ibu tidak menjawab, tetapi yang aku lihat ibu malah
menangis dan tiba-tiba memeluk aku dengan erat dan semakin menangis. Akupun bingung
dan hanya bisa membalas pelukan ibu.
--------------------------
Satu jam telah berlalu,
Selesai menangis ibu menceritakan suatu sejarah dimana aku sendiripun tidak
tahu harus percaya atau tidak. Bahwa orang yang ada difoto tersebut benar ibu, lalu
laki-laki asing itu yang begitu dekat dengan ibu siapa?
Dia adalah ayahku, ayah
kandungku yang selama ini menjadi pertanyaan dan membuatku hidup dalam
kebingungan. Dimana harus dihadapkan dengan pernyataan ibu yang mengatakan
ayahku adalah ayah yang ada di rumah. sedangkan menurut masyrakat sekitar ayahku
sudah meninggal.
Begitulah, ibu dengan
keyakinannya menyimpan rahasia besar ini telah dengan jelas membukanya. Ibu
beralasan melakukan semua ini semata-mata hanya ingin membuatku bahagia tanpa
harua memikul beban yang sangat berat. Ibu hanya ingin aku bisa berprestasi tanpa
adanya pikiran yang terbagi. Aku mengerti dan menghargai itu semua. Karena ibu
manan yang ingin anaknya tidak bahagia, aku hanya harus menerimanya.
Lalu aku bertanya lagi,
jika betul laki-laki yang berada di foto itu adalah ayah kandungku dan sudah
meninggal diamanakah kuburannya?. Selama ini aku tidak pernah tahu dan tidak
pernah mendoakannya. Aku berkeinginan sekali untuk bisa mendoakannya
Namun aku kembali
dikejutkan dengan kenyataan pahit yang harus aku terima. bahwa ayahku meninggal
karena kecelakaan perahu di lautan luas dan sampai saat ini jenazahnya belum
ditemukan. "ya Allah hati yang lemah ini kuatkan ya Allah" itulah
kata-kata yang ku ucapkan ketika mendengar kenyataan ini. Pada saat itu tidak
bisa ku hindari air mata perlahan jatuh dan dada mulai terasa sesak. Ternyata
seperti ini rasanya menerima kenyataan yang datangnya terlambat. Sakit, sakit
dan sakit, tetapi disela-sela rasa sakit dan kecewa aku sisipkan rasa syukur
aku pada Allah. Aku bersyukur dan bangga bahwa Allah telah mempercayakan aku. Allah
percaya bahwa aku kuat dan bisa menerima dan melewati ini semua.
Hal itulah yang
membuatku tidak berlarut-larut dalam kesedihan, aku melihat betapa Allah maha
Adil. Allah mengambil Ayah kandungku jauh sebelum aku mengetahuinya. Karena
ayah meninggal ketika aku berada dalam kandungan ibu usia 7 bulan. Tapi Allah
menggantikannya dengan Ayah yang luar biasa. Bahkan 100 kali lipat baiknya dari
Ayah tiri pada umumnya. Dan beliau sama sekali tidak berkenan jika disebut ayah
tiri, kenapa tidak?. Karena beliau adalah ayahku yang sesungguhnya, beliau
menikah dengan ibu ketika aku berusia 1 tahun. Ayah rela mengorbankan apaun
untuk aku.
"Maka nikmat
Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?" (Ar-Rahman). Betapa Allah
menyayangi hamba-Nya. Maka masih pantaskah kita mengeluh atau masih belum menghormati
kedua orang tua kita?. Ini adalah pertanyaanku untuk aku pribadi ketika sudah terlalu
jauh mengingat masa lalu.
-----------------
Tiba-tiba terdengar suara lembut memanggilku dengan manja
yang berhasil membangunkanku. "Kaka, kaka Cha laper" gadis mungil Cha
sudah ada disampingku, ternyata ketika mengingat masa lalu aku tertidur. "heemm
iya sayang, Cha laper yah?" jawabku setengah sadar dari tidurku. Tidak
banyak berpikir aku langsung bergegas ke dapur sambil menggandeng Cha. "Yuk
Cha" kataku. "Asyikk kakak mau masakin aku yah?" ujarnya senang.
"Enggak sayang sudah dimasakin ibu" jawabku sambil mencubit pipinya
yang "cubby".
------------------------------
Begitulah hidup terus
berjalan dan berputar, dalam hidup ini kita haru tetap memiliki pegangan dan
berprinsip pada islam menyerahkan segalanya nya pada-NYA. Insya Allah seberat
apapun cobaan hidup akan terasa ringan jika kita senantiasa menyertakan Allah
SWT didalamnya.
Bogor, 06 Juni 2014 _TSA_
Langganan:
Postingan (Atom)