Ini
Ceritaku Sewaktu di Malang [Migratoria 2014]
Aku tidak pernah terpikirkan bisa
menginjakkan kaki di tanah Jawa Timur setelah dulu sempat berpetualang juga di
tanah Jawa Tengah, Yogyakarta. Yups, kota Malang yang konon sangat terkenal
dengan penghasil apel malang. Aku tidak menyangka akan secepat ini, aku
membayangkannya nanti bersama sahabat atau suami #eh. Beberapa waktu lalu aku
sempat mengurungkan niat untuk ikut kegiatan tahunan di jurusanku ini.
Sampai-sampai terlontar celoteh seperti ini dari salah satu panitia yang dulu
sempat mengajak aku untuk bergabung dikepanitiaan. “Tik, jadi juga ikut ke
Malang? Katanya gak mau, katanya gak ikut?” ledek dia dengan nada bicara yang
khas, yup logak sumatera. “Iya nih bang, nyesel banget aku kalau beneran gak
ikut.” Jawabku sambil tertawa kecil.
***
Aku mulai bercerita, ketika itu
hari selasa tanggal 4 November 2014 pukul 04.30. setelah selesai shalat shubuh,
aku masih terlihat santai padahal pagi itu aku sudah harus siap-siap untuk
berangkat ke Malang bersama rombongan teman-teman. Namun aku masih sempat
membaca buku yang membuat aku penasaran dengan judulnya “Jangan jatuh cinta
tapi bangun cinta.” Sesuatu banget judul bukunya maklum udah “gede” dan tuntutan
untuk mempersiapkan juga “apa coba?.” Namun baru selesai satu halaman ku membaca
buku tersebut, aku langsung tersadar kalau aku belum packing. Heemm, hal ini terjadi karena tadi malam aku sangat
kelelahan sepulang dari komplek Yasmin tempat mengajar. Ya hanya sekedar
menggantikan kaka kelas sih cuma lumayan pengalaman yang tak terlupakan.
Akhirnya akupun dengan spontan
menutup buku tersebut dan meletakkannya di tempat semula dia berasal (dibaca)
rak buku. Aku langsung mengambil tas daypack
punya teman (pinjam) dan segera mengeluarkan baju-baju dari lemari sekiranya
yang aku butuhkan untuk lima hari di Malang. “Tring” hanya dalam waktu 40 menit
packing selesai. Setelah itu aku
langsung mandi, rapih-rapih dan siap berangkat deh.
Pada waktu itu jumlah keseluruhan
yang ikut “Migratoria” (nama acaranya) sekitar 100 orang dari tiga angkatan
Departemen Proteksi Tanaman. Transportasi menuju kota Malang dari Bogor
ditempuh dengan menggunakan kereta api. Pokoknya satu gerbong kereta api sudah
bagaikan milik kami. #Ups..
***
Hari pertama di Malang, tepatnya
tanggal 5 Nov pukul 07.00 waktu setempat kami tiba di stasium kota Malang.
Dengan muka yang agak sedikit lusuh karena selama 18 jam lebih kami berada di
kereta. Namun tidak menurunkan semangat anak muda yang luar biasa tangguh.
Kenapa begitu? Bagaimana tidak? Ditengah-tengah kerumunan banyak orang dengan
gayanya masing-masing meraka pada selfie
(take foto sendiri). Tidak perduli
dengan tas dan barang bawaan yang besar dan berat.
Jujur walaupun tas aku berukuran kecil namun
cukup membuat aku merasa sakit di bahu dan punggung. Rasanya ingin segera
menemukan sandaran hati, eh maksudnya sandaran untuk melepas lelah (dibaca
bis). Dan akhirnya bis yang akan menjadi sarana tour kami pun tiba, tanpa menunggu lama aku dan teman-teman pun
langsung menuju bis. “Alhamdulillah akhirnya duduk dengan nyaman juga” bisikku
dalam hati sambil melontarkan senyum pada sahabat yang duduk disampingku.
Perjalananan dari stasiun menuju
rumah yang akan kami tempati nanti (dibaca rumah mbak Fita) lumayan cukup jauh
dan memerlukan waktu satu setengah jam.
Setibanya di rumah mbak Fita, aku
dan teman-teman semua berduyun-duyun menuju pintu masuk, disana sudah terlihat
ibu dan sudara-saudara mbak Fita sudah menunggu kami. Dengan penuh hormat dan
sopan santun kami memperkenalkan diri sambil mencium tangan beliau sekalian
memohon izin juga akan sangat merepotkan meraka selama empat hari kedepan. Walau begitu tidak sedikitpun terlihat dari
paras mereka rasa capek atau khawatir setelah melihat rumah mereka diserbu
dengan sekian orang mahasiswa.
Hari itu seakan aku tidak
melewati perjalanan panjang di dalam kerata. Banyak sekali keceriaan yang
terjadi dan terlewati selama perjalanan di kereta. Teriakan ketika kalah
bermain “uno” suara gitar yang berlawanan dengan bisingnya roda yang bergesekan
dengan rel dan tawa yang tak hentinya mewarnai perjalanan malam itu. Badan
pegal karena tidur dalam posisi duduk tidak sedikitpun aku gubris.
Pagi itu hidangan makanan sudah siap,
aku sudah tidak sabar untuk segera menyantap menu makanan khas Malang. Tentunya
aku sudah mandi dongs walaupun harus mengantri berjam-jam tapi itulah nikmatnya
kebersamaan.
Disela-sela ngantri aku berusaha
akrab dengan keluarga mbak Fita dan membantu apa sekiranya yang dapat aku bantu
(bukan carmuk loh ya [cari muka]). Namun aku hanya ingin meninggalkan kesan
yang baik karena itulah bentuk ungkapan terima kasihku atas kebaikan beliau.
Mereka telah menerima kami, direpotkan dan aku tidak dapat membayangkan
kelelahan mereka mempersiapkan makanan untuk kami. Ibunya mbak Fita selalu
menanyakan padaku “bagaimana mbak makanannya enak?” dengan nada khas jawa yang
agak sedikit “medok” ibu bertanya. Aku selalu menjawab dengan senyuman lalu
berkata “duh bu, wenak tenan, mantap deh enak enak bu”. Jawabku sambil
mengacungkan ibu jariku dengan bangga. Aku senang melihat senyum itu seakan
meluluhkan rasa capek yang sebenarnya sedikit mendera ibu yang sudah tidak muda
lagi (paruh baya).
Sekali lagi aku akan menyesal jika
tidak ikut, makanannya enak sekali terima kasih ibu sudah memasak dengan penuh
cinta. Sehingga akupun merasakan cinta itu dalam sepiring sajian yang
memberikan nuansa enak dilidah dan diperut tentunya. #Ups..
Heemm, sudah Tika jangan makanan
mulu yang dipikirkan karena hari ini kita akan banyak belajar tentang tanaman
jeruk dan subtropika, tentunya belajar juga yang berhubungan dengan jurusan
kita Proteksi Tanaman (Hama dan Penyakit Tanaman).
Akan kemana kita? “Balitjestro”
Yups betul hari ini kami berkunjung ke Balitjestro (Balai Penelitian Tanaman
Jeruk dan Subtropika), disini tidak hanya jeruk yang yang menjadi fokus akan
tetapi tanaman subtropika lainnya seperti apel, stroberi, anggur, klengkeng dan
lain-lain. Disinilah pentingnya kuliah lapang atau turun lapang. Dengan adanya
kegiatan Mogratoria ini mahasiswa semakin terbuka wawasannya bahwa peran
proteksi tanaman itu sangat penting bagi pertanian Indonesia. Salah satunya di
Balitjestro ini, di balai ini sudah banyak inovasi yang dihasilkan oleh para
peneliti baik secara budidaya, pemuliaan dan perlindungan tanaman. Aku pribadi
tentunya banyak belajar selama beberapa jam kita berada di Balitjestro.
Disana bukan hanya penjelasan di
aula oleh perwalikan kepala badan Balitjestro saja. Akan tetapi kami pun
berbaur dan melihat langsung pertanaman buah apel di kota Batu ini. Tidak hanya
itu pertanaman jeruk yang cukup luas juga turut memanjakan mata kami, namun
sayang jeruknya tidak dapat dipetik dan dinikmati karena sudah tidak dapat
dipanen lagi, pun kalau dipanen rasa jeruknya sudah tidak enak lagi. Menurutut
penjelasan petugas sih begitu.
Dengan didampingi petugas dari
Balitjestro dan beberapa dosen sambil mengelilingi kawasan pertanaman apel kami
kami pun disuguhkan pengetahuan baru. Oea para bapak ibu dosen tiba di
Balitjestro siang itu dengan perjalanan menggunakan pesawat. #nice.
Hemmm aku jadi tahu mengapa pohon
apel kalau dalam proses pembuahan digunduli daunnya (dirontokan maksudnya). Nah
itu yang disebut dengan perompesan, dimana hal ini dilakukan untuk memicu
pembuahan yang maksimal. Ya kalau mau menghasilkan buah yang banyak dan
berkualitas ya harus dirompes, begitu sederhananya.
Tahu gak karena pohon apel yang
ada di kebun Balitjestro hasil cangkok jadi setelah delapan bulan sudah mulai
berbuah. Menurut bapak petugas yang menjadi guide
kami menyatakan bahwa panen bisa saja dua kali dalam satu tahun namun kasian
pohonya karena pohon akan merana. Bagaimana tidak? baru selesai panen harus
langsung dilakukan perompesan lagi. Jadi alangkah lebih baiknya setelah panen
pohon apel dibiarkan dulu dan diberikan pupuk kandang untuk pemulihan. Karena
jika perawatan yang baik pohon apel dapat bertahan hingga 20 tahun.
Selain itu juga kami menjumpai langsung hama
yang menyerang tanaman apel dan langsung mendapatkan penjelasannya. Nah disana
juga kami dikenalkan dengan bubur generik yang terbuat dari kapur dan belerang.
Dengan komposisi dua bagian kapur, satu bagian belerang dan sepuluh bagian air
volume. Pembuatannya gampang aja, yaitu dengan cara masak air sampai mendidih
kemudian masukan kapur tunggu hingga larut selanjutnya masukan belerang dan
tunggu sampai larut. Setelah itu diamkan semalam karena bubur generik baru
dapat diaplikasikan setelah dingin.
Bubur generik ini dapat digunakan
sebagai pestisida baik insektisida maupun fungisida. Yang digunakan yaitu
cairannya yang sudah menegndap. Dosisnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
maksudnya dosis untuk aplikasi pada daun jeruk yang tebal akan berbeda dengan
aplikasi pada daun anggur yang tipis. Dosis yang digunakan untuk aplikasi pada
daun jeruk yaitu 5 cc per liter. Dengan adanya bubur generik ini dapat
mengurangi aplikasi pestisida sintetsik yang tidak ramah lingkungan. Kemudian
endapan dari bubur generik juga dapat digunakan untuk mengendalikan jamur upas
pada batang jeruk dan apel dengan cara mengoleskan endapan tersebut pada batang
pohon apel dan jeruk.
Selain itu juga ada yang disebut
teknik sabutan batang, caranya yaitu dengan cara mengoleskan langsung pestisida
sistemik murni tanpa dicampur air menggunakan kuas yang ukurannya sesuai dengan
lebar diameter batang. Ini berfungsi sebagai pestisida sistemik yang
mengendalikan hama sasaran namun tetap dapat mempertahankan musuh alami
(jenius). Ini sudah mengarah pada apa yang disebut dengan ramah lingkungan. Wah
seru banget kita juga dikenalkan dengan biji nimba yang sudah kering dan produk
pestisida yang terbuat dari biji nimba. Hemm ekstrak biji nimba ini dapat
mengendalikan hama golongan serangga atau berguna sebagai insektisida. Disana
kita juga melihat langsung pemeliharaan musuh alami yang ukurannya amat sangat
kecil. Intinya Balitjestro ini sudah menerapkan pertanian organik dan ramah
lingkungan. Luar biasa ilmu yang sangat bermanfaat, “gamsahamisa”...
***
Oea melihat tempat yang amat sangat
indah dan sejuk dipandang mata maka jangan ditanya untuk yang satu ini. Foto
dan selfie-selfie itu sudah menjadi
sesuatu yang harus dilakukan ketika berada di tempat ini. Dan kita sudah
memiliki cara dan kebutuhan masing-masing. Lets
take foto anymore.
***
Hari mulai sore, senja akan
segera tiba dengan memberikan pemandangan langit jingga yang menawan. Kami
menyudahi dulu acara belajarnya dan bergegas menuju bis yang sedari tadi
menunggu kami. Dan disana sudah tersedia makan siang yang tertunda akhirnya menjadi
makan sore kami. Luar biasa nikmat ya Allah nasi dengan pecel khas jawa timur
yang wenak tenan. Dan tahu gak dengar-dengar setelah ini kita akan diajak
seneng-seneng setelah seharian belajar.
Kemana? Dan ternyata yang menjadi
tujuan kita adalah BNS (Batu Night Spectaculer). Mungkin bisa dikatakan Dufan
mini, wah langsung sumringah nih wajah teman-teman semua. Iya, di tempat ini
kita diberikan kebebasan oleh panitia untuk menikmati waktu liburan atau
bersantai sejenak. Seperti halnya teman-teman semua aku pun tidak ingin
melewatkan begitu saja. Sudah jauh-jauh ke Malang kok cuma numpang tidur dan
makan aja. “aku harus mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman yang kiranya
bermanfaat” begitu gumamku dalam hati sebelum masuk ke pintu utama BNS.
***
Waktu terasa begitu lama ketika
pemberian materi namun begitu cepat berlalu ketika digunakan untuk
bersenang-senang, “Astagfirullah”. Malam itu bersama teman-teman tentunya hal
yang pertama dilakuakn take foto lagi dan lagi. Oea waktu itu kami juga bersikap
so pemberani sehingga memasuki arena rumah hantu padahal nyalinya cetek. Masa
sama hantu boneka aja takut (terutama aku sih). Tak mengapa lah yang penting
sudah mencoba untuk menguji nyali. Pokoknya seperti itulah kita mencoba-coba
hal baru yang tentunya akan meninggalkan kesan mulai dari uji nyali, menantang
adrenalin dan memainkan imajinasi. Semuanya dilakukan dengan suka cita, tak
lupa aku pun terus bersyukur pada Allah bahwa kebahagian ini datangnya dari
Allah SWT. Senantiasa mengingat-Nya itulah wujud syukur kita “Alhamdulillah”.
***
Teettt.. pada malam itu aku dan
teman-teman ternyata merupakan orang-orang yang telah lama membuat mereka
menunggu. Yups kita telat menuju bis karena ada sesuatu yang dibeli dan tahu
kan kalau cewe (perempuan) belanja sesuatu pasti sangat memperhitungkan harga
walaupun hanya berselisih seribu rupiah. Jadi ya muter-muter aja terus sampai
mendapatkan apa yang dinginkan, padahal ujung-ujungnya balik lagi ke tempat
awal. Alhasil membuat kita terlambat menuju bis, #huft tapi mau bagaimana lagi
itulah sisi uniknya perempuan. Dengan mendapatkan sedikit sorakan
dariteman-teman kita hanya mampu mesem-mesem. Bis pun melaju melawan angin
malam waktu itu tepat pukul 22.00 waktu setempat.
***
Yups, hari pertama diakhiri
dengan bersih-bersih, makan lagi dan tidur dengan suasana yang berbeda dengan
biasanya. Bukan suasana kosan yang sepi namun suasana kebersamaan yang
merelakan saling berbagi tempat, walau hanya untuk merentangkan tubuh sejenak
itu sudah cukup. Akhirnya aku pun terlelap...
***
Hari kedua, hemm pagi ini lumayan
cerah secerah hatiku yang masih diberikan rasa bahagia dan syukur yang tak
terkira. Di hari kedua kami di Malang kunjungan kembali kami lakukan. Dengan di
dampingi bapak ibu dosen kami menuju Balitkabi (Balai Tenelitian Tanaman Aneka
kacang dan Umbi). Setiba disana seperti halnya ketika tiba di Balitjestro, kami
mendapatkan penyambutan dan penerimaan yang luar biasa. Mataku kembali terbuka
bahwa akan selalu ada peran kita para “Protektor”. Idealis, matrealis atau
istilah apapun tetap kita akan selalu berperan untuk pertanian Indonesia.
Peluang ilmu, peluang pengalaman dan peluang karir akan terbuka bagi siapa saja
yang mau melakukannya.
Seperti biasa semewah apapun,
senyaman apapun tempatnya ketika materi di dalam ruangan diberikan rasa ngantuk
itu selalu mendera dan mengalahkan rasa semangatku. Namun aku kemudian
menepisnya dengan bergumam pelan “kalau kamu tidur kenapa tidak di kosan saja
lebih nikmat”. Aku tersadar dan tiba-tiba semangat itu hadir kembali lebih
besar ketika pertama kali aku duduk dibarisan audiens yang tidak lain adalah teman-teman semua.
Heemmm,, akhirnya yang
ditunggu-tunggu tiba juga. Kami diajak petugas Balitkabi untuk keliling
sekaligus melihat kebun percobaan Balitkabi. Disana sudah tersedia tanaman
kacanga-kacangan seperti kacang tanah, kedelai dan lain-lain dengan berbagai
varietas unggul hasil pemuliaan dari Balitkabi. Tidak hanya itu berbagai umbi
pun bapaknya perkenalkan kepada kami dengan penjelasan yang lugas dan lengkap.
Untuk pertama kalinya juga aku
memetik langsung kedelai biji hitam dan menyentuh beberapa umbi yang sebelumnya
aku belum mengetahuinya. Seperti kimpul, sueuk, ganyong, garut, dan lain-lain.
Berbagai umbi ini sudah banyak digunakan sebagai tepung yang dapat diolah
menjadi aneka makanan enak yang sehat. Karena kebun percobaan ini merupakan
wahana visitor, jadi sengaja disediakan untuk diperlihatkan dan diperkenalkan
kepada para pengunjung sebagai bahan ilmu dan pengetahuan. Dan tahu gak?
berbagai koleksi tanaman yang ada di Balitkabi berasal dari seluruh Indonesia
loh. #Luar biasa!!!
***
Hari semakin terik tak terasa
matahari sudah mulai meninggi dan tepat berada di atas. Sebentar lagi adzhan
dzuhur segera berkumandang, kami pun memilih untuk mengakhiri petualangan di
siang ini. Selesai shalat, santapan makan siang sudah tersedia dan siap mengisi
perut yang sudah dari tadi memberikan kode tandanya dia sudah mulai lapar. #Ups..
Sambil menikmati makan siang
duduk beralaskan rumput hijau yang bersih tepat di bawah pohon beringin. Angin
berhembus pelan seakan mengerti kita yang dari tadi sedikit kelelahan dan
kepanasan. Kembali lagi bersyukur karena ini terjadi atas kehendak-Nya, siang
ini begitu lengkap, suasana yang nyaman, menu yang enak, dan badan yang sehat.
“Alhamdulillah”.
Disela-sela makan siang aku “nyeletuk”
maksudnya mau nanya, “oea bang abis ini kita mau kemana?” aku menghentikan
aktivitas mengunyahku sesaat. Bang Ardi menjawab “Kita mau berkunjung ke pak H.
Zaenal Asii”. Jawabnya singkat karena tengah sibuk dengan makan siangnya.
Oke!! aku sedikit berpikir siapa
ya pak Zaenal itu? Yups, pak Zaenal adalah direktur eksekutif sebuah CV. Bhakti
Persada Nusantara. Perusahaan beliau berkecimpung dalam pembuatan alat
pertanian yang tepat guna, seperti pengering tepat guna, griding biji-bijian,
mesin penghancur plastik, perontok padi/jagung berbentu mobil, pemotong padi,
dan lain-lain.
Tidak hanya itu beliau juga
mengajarkan pada kami dan aku khususnya bahwa jangan pernah takut selama
pertanian masih ada. Karena peluang usaha akan selalu terbuka lebar bagi yang
mau menekuni usaha berbasis pertanian (Agribisnis). Maka tidak heran kalau pak
Zaenal dapat sesukses sekarang karena beliau hampir memanfaatkan setiap peluang
yang ada. Seperti beliau yang suka memelihara burung hal itu tidak hanya
berakhir hobby namun dapat menjadi sebuah peluang bisnis yang dapat mengalirkan
pundi-pundi rupiah walaupun beliau hanya tidur di rumah. Iya betul apa yang
sudah disampaikan oleh pak Zaenal kita harus pandai melihat peluang dan dan mau
memulai. [itu kuncinya “jangan takut untuk memulai”].
Selain itu kami juga dipertemukan
dengan seorang yang berhasil mengelola peternakan sapi perah dan sistem pertanian
terpadu, padahal beliau ahli statistik loh #keren. Disini mulai dari penanaman
pakan untuk sapi hingga pengolahan limbah dari kotoran sapi. Semua sistem tidak
ada yang terbuang bahkan pembiakan cacing pun ada disini. Pertanian terpadu
yang beroerintasi kesejahteraan rakyat ini kian melambungkan sayapnya. Semua itu
tidak terlepas dari kreatifnya sang pengelola. Maka tak heran jika wahana
edukasi untuk anak usia dini sampai para pengusaha ada disini. Sekali lagi
“Subhanallah”. Semakin terpampang dan mulai nampak peluang-peluang itu,
kuncinya hanya satu “memulai”. Tidak hanya itu kami pun diajak untuk
berkeliling arena peternakan sapi sekaligus mendapatkan penjelasan dari
bapaknya. Luar biasa jika ingin menghsilkan susu yang berkualitas sapi tidak
boleh stres dan asupan nutrisinya harus seimbang. [tuh sapi aja gak boleh
stres]. Sehingga pakannya verasal dari hijauan yang ditanam langsung oleh
beliau dan konsentrat yang berasal dari dedak gandum. #Good.
Kunjungan kami diakhiri dengan
foto bersama pemilik dan pengelola perusahaan tersebut. Setelah sebelumnya berfoto
dengan suasana yang tak bisa dilupakan begitu saja. Bagaimana tidak sejauh mata
memandang selalu dimanjakan dengan hijaunya tanaman dan warna warni aneka
bungan yang kian mempercantik taman tersebut. Ya taman yang menjadi tempat kita
meluapkan semuanya, berfoto, bercanda dan ngobrol kesana kemari dengan suka
cita.
Hari ini cukup kami pun
mengakhirinya sebelum senja menyapa.
***
Hari ketiga di Malang, hari ini
aku kembali mendapatkan kejutan dari panitia. Pabrik gula Krebet yang menjadi
tujuan kami pagi ini. Dari kejauhan sudah nampak aktivitas pabrik gula krebet.
Asap yang kian tebal mengepul-ngepul keluar dari atas pabrik tersebut. Sebelum
memulai petualangan di pabrik gula yang amat sangat besar dan luas ini seperti
biasa kami menerima sambutan hangat dari staf pabrik gula Krebet. Namun aku
yang pada saat itu duduk di deretan depan tetap saja tidak dapat menghindari
rasa ngantuk yang kian mendera. Sehingga berkali-kali aku melenggut-lenggut
tandanya aku meninggalkan rasa sadarku untuk sesaat. Aku tidak tahu kalau di
arah yang berlawanan denganku ibu dosen memperhatikan aku yang terlihat jelas
mengantuk. Namun ibunya hanya tersenyum dan berkata tanpa suara “saya juga
ngantuk” dengan sedikit senyuman diakhir ucapannya.
Setelah panjang lebar penjelasan
tentang profil dan keunggulan pabrik gula krebet ini, akhirnya kami pun
diperbolehkan untuk berkeliling pabrik yang sangat luas ini. Dengan di pandu
oleh staf sebelum memasuki kawasan pabrik terlebih dahulu kami harus memaki SOP
yang aman yaitu lengkap dengan masker dan pelindung kepala (topi pelindung
permanen). Disini aku benar-benar melihat dan memperhatikan dengan detail alat-alat
dan komponen yang sangat rumit ini. Dengan terus mendengarkan penjelasan guide sesekali aku merekam dan memotret
setiap alat yang aku lewati.
Sebelumnya aku hanya tahu bahwa
gula pasir atau “gendis” (bahasa jawa) itu putih dan manis terbuat dari tebu,
sudah cukup tidak pernah terbayang akan melihat proses demi proses pembuatan
gula itu seperti apa. Dengan bantuan bapak staf pabrik gula krebet aku dan
teman-teman menjadi tahu bagaimana proses pembuatan gula yang berasal dari
batangan tebu segar hingga menjadi gula yang sudah dipack dan disimpan di gudang.
Selain itu menjadi tahu bahwa
mesin yang besar rumit dan banyak ini harus dibongkar setiap waktu pendinginan
tiba. Pencucian yang amat sangat melelahkan juga harus dilakukan dan itu oleh
para pekerjanya. Karena belum ada alat yang dapat digunakan untuk meringankan
pekerjaan mereka yang basah kuyup dan kedinginan dalam wadah yang sangat besar.
Selain itu aku tidak tahu apa yang dirasakan oleh para pekerja yang berada
disektar mesin dengan suhu mencapai 1000C dan suhu luar mencapai 360C
sampai 400C. Aku yang hanya berada beberapa menit saja disana sudah
bercucuran air keringat apalagi meraka. Namun kembali lagi itulah totalitas.
Terima kasih ilmunya, aku semakin
menghargai apapun dan dalam bentuk apapun itu. Baik makanan ataupun benda
karena proses pengerjaannya bisa saja membuat orang lain tidak dapat tidur
dengan nyenyak atau perlu pengorbanan yang luar biasa. Namun sayang kami tidak
dikasih buah tangan si manis “gendis” waktu itu [ngarep].
Oea tapi yang membuat aku aneh
itu, kok gak ada semut ya di pabrik gula tersebut. Why?
***
Siang itu, seakan-akan panitia
tuh tahu apa yang kita butuhkan, setelah berpanas-panasan di dalam pabrik gula
kami pun diajak untuk menikmati indahnya pantai. Kali ini pantai yang akan kita
kunjungi yaitu pantai “Bale Kambang”. Perjalanan menuju pantai ditempuh
menggunakan angkot karena medannya cukup beresiko jika bis kami memaksakan
untuk kesana. Jalanan yang sempit, berkelok dan agak naik bukit itu cukup
menjadi pertimbangan.
Setelah melewati perjalanan yang
cukup menguji adrenalin, akhirnya tiba juga di pantai. Wlaupun aku sudah sering
berkunjung ke pantai namun belum lengkap rasanya kalau tidak ikut menikmati
percikan yang berasal dari air laut yang indah. Menikmati ciptaan-Nya yang
begitu elok namun penuh rahasia dibalik indahnya pantai. Terkadang aku senang
dan terkadang aku sedih jika berhadapan dengan pantai. Entahlah aku tidak ingin
berbagi rahasia itu disini.
Setelah menepis sedikit sisi
galauku, aku pun memutuskan untuk menikmati setiap sudut pantai Bale Kambang
ini, tentunya dengan mengabadikannya dengan sebuah foto. Dan yang membuat aku
menarik ada sesuatu yang beda disini. Dimana selama aku pergi ke pantai baru
pantai ini yang menurutku unik. Kenapa? Ya, ada sebuah pura diujung sana, mana?
Maksudnya ditengah-tengah pantai ada sebuah karang besar seperti pulau namun
terlalu kecil untuk dikatakan sebuah pulau. Nah itu dimanfaatkan menjadi sebuah
pura disana, kalau yang pernah aku lihat secara tidak langsung sih kaya di
Bali-bali gitu. Namun yang membedakan di Bale Kambang ada jembatan yang
mempermudah untuk akses menuju pura tapi tidak untuk di Bali.
Karena pesona cantik dan indahnya
pantai yang ditawarkan Bale Kambang, tak jarang tempat ini dijadikan sebagi
tempat shooting atau foto freewed kata orang-orang gaul tea mah
(keluar sundanya).
Aku turut bahagia menyaksikan
keceriaan dan kebahagian teman-teman dalam menikmati suasana di pantani ini.
Foto, bermain air, bermain pasir dan aktivitas lainnya yang biasa orang-orang
lakukan ketika bertemu pantai. #Nice.
Setelah cukup puas menikmati
persembahan dari sang pantai kami pun memutuskan untuk melepas lelah dengan
menikmati segarnya kelapa muda. Nikmat rasanya dan lengkap sudah kebahagian di
hari itu, kembali lagi syukur itu ada “Alhamdulillah”.
Aku merasa cukup dan waktu yang
diberikan panitia sebentar lagi habis. Iya aku harus on time untuk kali ini, dimana pukul 16.00 harus sudah di angkot. Yups
setelah selesai shalat ashar aku dan teman-teman mencari angkot yang tadi
mengantar kita. Dan sebelum senja tiba kita sudah lebih dulu meninggalkan
pantai penuh kenangan itu. Sunset
yang aku tunggu hanya tinggal harapan, mungkin lain waktu.
Hari ini perjalanan diakhiri dengan
pulang ke penginapan dengan diantar bis yang begitu setia.
***
Setiba di penginpan, dalam benakku
setelah selesai mandi dan makan aku ingin memanjakan mataku dulu sebentar.
Namun hal itu urung terjadi karena ba’da isya kami ada acara ngobrol hangat
bersama tokoh masyarakat dan para petani setempat. Buatku sekecil apapun
kesempatan itu sangatlah berharga. Aku kembali teringat kata-kata yang
membuatku melek dan kembali semangat.
Tempat yang terbuka seperti
halaman rumah menjadi salah satu pilihan tempat untuk kita bertemu dan mengobrol
hangat bersama masyarakat [Berasa KKP lagi euy]. Suasana begitu nyaman dan
akrab dengan nuansa kekeluargaan. Para masyarakat sangat antusias menyambut
kami. Pada saat itu tidak hanya kami mahasiswa akan tetapi bapak ibu dosen yang
sangat kompeten dibidangnya menjadi penguat acara dimalam itu.
Udara malam yang sedikit menusuk
tak aku hiraukan, aku pikir aku pasti bisa menaklukannya karena aku sudah
mempersiapkannya. Yups jaket tebal dan balur minyak kayu putih diseluruh badan
cukup untuk pertahanan [suka masuk angin soalnya]. Malam itu obrolan kita kian
hangat dengan goreng ubi dan teh hangat sebagai pelengkap yang menemani.
Malam itu kembali aku belajar,
oohh ternyata seperti ini cara menghadapai dan berinteraksi dengan para petani
yang pemikirannya berbeda tentunya dengan kita. Maklum karena kita berasal dari
departemen proteksi tanaman jadi yang menjadi topik pembahasan dalam sharing
kita adalah mengenai hama dan penyakit tanaman.
Sharing semakin hidup dengan
antusias petani yang mengutarakan permasalahannya dan ingin mendapatkan solusi
yang tepat. Bapak ibu dosen menanggapinya dengan bijak dan berusaha memberikan
rekomendasi pengendalian yang tepat sesuai dengan yang diharapkan petani. Tapi
itu tadi masalahnya, jika petani ingin cara yang tepat dan “cespleng” [bahasa
mana, gak tahu] sedangkan bapak ibu dosen dan saya juga sebagai mahasiswa
mengutamakan teknik dan budidaya ramah lingkungan. Jadi sebelum memberikan
rekomendasi pengendalian kami perlu tahu dulu sejarah hama atau penyakit yang
menjadi masalah di pertanaman petani. Sehingga rekomendasi yang diberikan tepat
dan aman. Perlu trik dan pengetahuan yang luas dan baikt entunya #Thats right.
***
Tak terasa waktu berjalan begitu
cepat, aku yang sudah mulai lelah dan mengantuk. Eh ternyata mata tidak bisa
bohong, jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Dan tak lama kemudian acara pun
selesai, “alhamdulillah” ucapku lega akhirnya bisa tidur juga. Malam itu ku
tatap langit tak ada bintang yang mengerlipkan cahayanya hanya ada satu bulan
dengan cahaya redupnya. Aku bersyukur masih bisa menyaksikannya. Selamat malam
kuucapkan.
***
Tidak terasa pagi ini sudah hari
keempat kami di Malang. Hati ini masih belum rela untuk berpisah suasana yang
sudah tercipta beberapa hari ini. Terlebih dengan ibunya mbak Fita yang sudah
dengan cinta memasak untuk kami. Selama di sini kami makan tepat waktu sehari
tiga kali dengan menu yang enak dan sangat khas jawa timur seperti rawon, tahu
campur, baso malang dan makanan khas lainnya. Maklum ya mahasiswa terkadang
jarang sekali makan tepat waktu apalagi sampai tiga kali sehari [kalau aku
memang iya tiga kali, gak bisa telat soalnya].
Namun mau bagaimana lagi, kita
harus berpisah dan beranjak meninggalkan kota Malang. Terima kasih kota Malang
atas ilmu dan pengalaman yang luar biasa.
Pagi itu aku dan semua
teman-teman sudah siap, kami sudah packing
dari semalam dan mandi sepagi mungkin. Karena jam 08.00 kita harus sudah
berangkat. Dengan penuh haru kami berpamitan, namun satu yang aku sesalkan
karena pada saat itu aku begitu terburu-buru dan tidak melihat ibu, aku tidak
sempat berpamitan dengan beliau. Padahal ingin rasanya aku memeluk dan
mengucapkan terima kasih atas tempat, suguhan dan pelayanan yang sungguh luar
biasa. Maafkan aku ibu semoga dilain waktu dapat berjumpa kembali, terima kasih
banyak atas semua kebaikan ibu dan keluarga. #Jazakumullah khairan katsiran
[semoga Allah membalas dengan kebaikan].
Bis pun melaju dengan perlahan
dan pelan-pelan mulai meninggalkan rumah mbak Fita yang sudah menjadi rumah
kami beberapa hari ini. #Sedih.
***
Pulang ke Bogor namun tidak
membawa buah tangan rasanya ada sesuatu yang kurang. Sehingga sebelum kami
pulang rencananya kami akan pergi ke tempat pusat oleh-oleh khas Malang. Ya,
walaupun hanya memebeli satu bungkus kripik apel itu sudah mewakili sebagai
oleh-oleh khas Malang, tidak perlu banyak yang penting ada dan berkah.
Tidak membutuhkan waktu lama kami
tiba di salah satu pusat oleh-oleh khas Malang. Kami langsung berhamburan dan
menyerbu aneka makanan dan produk lainnya yang menjadi ciri khas Malang.
Tentunya disesuaikan dengan ongkos didompet ya bro and sist #ups [itu
sih khusus untuk aku tentunya].
Setelah cukup puas dengan
oleh-oleh yang dibeli kami pun melanjutkan perjalanan menuju wisata petik apel
di kebun apel.
Heemm nice banget nih kayaknya. Iya dong masa udah jauh-jauh ke Malang
gak merasakan gimana suasana menikmati buah apel yang langsung kita petik dari
tangkainya.
Luar biasa wisata kebun apel yang
kami kunjungi memiliki penawaran yang baik. Wisata petik apel, dimana kita
boleh memetik apel dan memakannya sampai puas sambil menikmati pemandangan yang
indah. Karena kebun apelnya terletak di lereng yang cukup tinggi menghadap
pemandangan yang aku sendiri sulit membayangkannya [indah pokoknya]. Oea jangan
lupa bayar tiket dulu sebelum masuk Rp. 20.000/orang kalau tidak salah [maafkan
kalau salah]. Iya, perhitungannya kita mampu memakan buah apel sebanyak 1 kg,
mungkin? Karena jika kita hendak membeli untuk dibawa sebagai oleh-oleh harga
per kilonya Rp. 20.000/kg. Jadi boleh makan sepuasanya hanya dengan Rp. 20.000
saja. #cukup ekonomis.
Hemm tentunya semua orang sudah
memiliki caranya masing-masing untuk menikmati liburannya. Membuat kesan baik,
mengabadikannya melalui sebuah foto atau yang lainnya itu sudah merupakan
sesuatu yang wajib #eh. Begitu pun dengan aku soalnya [ketawa]. Seperti tempat
wisata pada umumnya disana juga ada jajanan khas seperti bakso malang atau
suopenir seperti baju yang menjadi ciri khas Malang. Beberapa teman-teman ada
yang kembali menikmati jajanan bakso Malang dan membeli beberapa potong baju
sebagi kenang-kenangan setelah turun dari wisata petik apel. #nice.
***
Aku masih belum percaya ketika
itu aku sudah berada di dalam bis dan siap melaju menuju stasiun kota Malang.
Sungguh petualangan yang sangat mengesankan walaupun begitu singkat. Dengan
rintik hujan yang kian menyapa turut mengantarkan kami menuju stasiun. Setiba
disana kami masih perlu menunggu jadwal keberangkatan kereta tujuan Jakarta.
#sabar.
***
Singkat cerita, siang itu hari
minggu tanggal 09 Nov 2014 kami tiba di stasiun senen Jakarta. Setelah melalui
perjalanan panjang Malang-Jakarta. Perjalanan kami masih belum berhenti disini,
masih ada perjalanan selanjutnya untuk menuju tujuan akhir. Yups kota Bogor.
Dengan sisa tenaga yang masih ada kami melanjutkan perjalanan dengan
menggunakan kereta Comuter Line, dilanjutkan
dengan angkot yang sudah disewa untuk menuju kampus. Hal yang sama seperti
ketika kami hendak berangkat beberapa hari yang lalu. Berterima kasih banyak
kepada para panitia atas kerja kerasnya yang luar biasa. #kalian luar biasa.
Akhirnya tepat pukul 15.30 aku
mendarat dengan selamat di kosan yang sudah aku rindukan. #Alhamdulillah
sampai. Siap-siap cari tukang pijit [apa coba].
***
Bersyukur, itulah suatu hal yang
tak hentinya ku lakukan. Atas kehendak-Nya, atas karunia-Nya dan atas Ridho-Nya
acara yang luar biasa dapat terselenggara dengan baik dan lancar. Tanpa ada
yang sakit, hilang atau bermasalah lainnya yang sekiranya dapat terjadi
ditengah-tengah banyaknya orang yang tinggal bersama-sama dalam beberapa hari.
Ilmu, pengalaman, kebahagian,
kecerian, dan kebersamaan dalam kesederhanaan yang dibalut ketulusan kian
melekat dan menyimpan rasa bangga tersendiri dalam diri ini. Terima kasih saya
ucapkan kepada bapak ibu dosen yang telah bersedia mendampingi kami, keluarga
mbak Fita yang sudah memfasilitasi, masyarakat yang penuh antusias menerima
kami, mas-mas sopir dan kondektur yang setia menemani perjalanan kami, semua
pihak dan staf balai atau pun tempat yang sudah kami kunjungi terima kaih atas
ilmu dan pengalamannya, teman-teman panitia yang sangat luar biasa keren, dan
sahabat serta semua teman-teman yang sudah ikut meramaikan acara ini. #Tanpa
kalian tidak ada kita.
Semoga acara ini bukan hanya
sekedar menumpang eksis, mengugurkan kewajiban atau mencari kebahagiaan. Karena
semua akan terangkum indah ketika syukur itu sudah melekat dalam hati. Jadikan
acara ini sebagai perantara kita sebagai wakil dari teman-teman kita yang tidak
dapat ikut karena belum mendapatkan kesempatan turut merasakan apa yang kita
rasakan. Dengan kebersamaan kita menjadi lebih akrab, menjadi lebih tahu
karakter teman-teman kita dan mendapatkan ilmu dan pengalaman yang lebih
tentunya [itu bonus].
Hemm rasanya hanya inilah
rangkuman perjalanan kami yang dapat aku tulis. Melalui tulisan yang jauh dari
sempurna ini [belepotan] aku hanya ingin sekedar berbagi dan mengabadikannya.
Karena ucapan boleh salah, pendengaran boleh lupa, dan penglihatan bisa
berbeda. Namun tulisan bukti nyata yang abadi.
Tulisan sederhana ini, semoga
menjadi pengingat bagi yang lupa dan menjadi oleh-oleh terbaik bagi teman-teman
yang belum bisa ikut.
Terima kasih banyak mohon maaf
bila banyak kekurangan, itu semua datangnya dari saya pribadi...
Aku rindu Malang di Bogor, 23
November 2014_TSA_
Kalau ke Malang lagi, jangan lupa alaminrentcar.com siap mengantarkan Anda...hehehe. Note : panjang amat tapi gurih...
BalasHapus